Warta BULAN HARLAH KE-82 NU

PCNU Garut Gelar Dialog Publik Islam dan Masa Depan Bangsa

Rabu, 9 Januari 2008 | 06:02 WIB

Garut, NU Online
Sebagai salah satu rangkaian acara peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-82 Nahdlatul Ulama , Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Garut melaksanakan kegiatan dialog publik yang bertemakan Islam, Perdamaian dan Masa Depan Bangsa. Kegiatan dilaksanakan pada Selasa (8/1) di SMK Maarif Garut.

Selain sebagai rangkai peringatan Harlah NU, kegiatan ini juga merupakan rangkaian kegiatan Lakpesdam NU Garut dalam program Kesetaraan, Toleransi dan Perdamaian. Demikain dilaporkan Kontributor NU Online Michael Zalath dari Garut, Jawa Barat.

<>

Dalam khutbah iftitah Syuriah NU Kabupaten Garut yang disampaikan oleh KH. Drs. Agus Muhammad Sholeh menyatakan bahwa perdamaian merupakan harga mutlak bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurutnya, inilah misi yang diemban oleh Nahdlatul Ulama, menegaskan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Dijelaskannya, NU yang selama ini dianggap sebagai organisasi “tradisional”, jauh-jauh hari sebelum Indonesia merdeka menyatakan bahwa negara Indonesia adalah Darussalam.

Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh NU pada tahun 1935, sepuluh tahun sebelum Indonesia merdeka. Menurut kiai Agus, ini menunjukkan keluasan pemikiran kiai-kiai Nahdlatul Ulama, jauh dari anggapan beberapa pihak selama ini.

Ditambahkannya, rangkaian kegiatan harlah ini merupakan upaya Nahdlatul Ulama dalam menegaskan pemahaman Islam Ahlussunnah wal jamaah yang akan memberikan warna tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, khususnya di Garut dan lebih luasnya negara Indonesia, bahkan dunia.

Sejalan dengan kiai Agus, ketua PCNU Kabupaten Garut, H Sirojulmunir dalam sambutannya menegaskan bahwa Islam turun ke dunia untuk mengatur kehidupan manusia agar selamat dunia dan akhirat, dan NU adalah potret Islam yang menunjukkan kedamaian sesuai dengan ajaran agama yang menyatakan bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta alam.

Dalam perjalanannya NU harus semakin berdaya dan memberdayakan warganya dan seluruh umat manusia. Menurut Ceng Munir – begitu ia biasa disapa – apabila NU telah maksimal dan semakin berdaya, maka dengan sendirinya permasalahan umat akan ikut terselesaikan. Hal ini menurutnya, karena Nu tidak sekedar megurusi permasalahan keagamaan saja, tetapi menyentuh segala aspek kehidupan.

Dalam sesi dialog publik, pembicara yang ditampilkan adalah Khamami Zada dari PP Lakpesdam, Drs Samhari dari PCNU Garut, Drs Wowo Wibowo dari Pemda Garut yang mewakili Wakil Bupati Garut dan Pepen Fauzan mewakili FKUB yang juga seorang peneliti masalah-masalah sosial.

Dalam dialog publik terungkap adanya banyak konflik yang terjadi dengan mengatasnamakan agama, namun sesungguhnya ada dimensi lain yang tidak bias dilupakan. Sesungguhnya dimensi lain itulah yang seringkali menjadi penyebab utama dari sebuah konflik, sedangkan agama selalu menjadi kambing hitam yang selalu dipersalahkan, sehingga agama yang sesungguhnya menjadi alat perdamaian menjadi alat legitimasi berlakunya kekerasan. (mzl)