Warta

Pesantren Bantu Cegah Penyalahgunaan Narkoba

Rabu, 20 Desember 2006 | 08:13 WIB

Jakarta, NU Online
Penyalahgunaan narkoba di Indonesia yang terus meningkat semakin meresahkan banyak fihak. Pesantren sebagai bagian dari masyarakat turut prihatin dan berusaha mengatasi masalah tersebut, dengan membuat program pencegahan penyalahgunaan Narkoba berbasis pesantren.

Program yang melibatkan Lembaga Pelayanan Kesehatan Nahdlatul Ulama (LPK NU), Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Colombo Plan tersebut akan melakukan orientasi dan perencanaan di Kantor PBNU, Kamis 21 Desember –Sabtu 23 Desember mendatang.

<>

Wakil Ketua LPKNU dr. Wan Nedra Komaruddin menjelaskan bahwa pemimpin agama dipandang dapat mempengaruhi masyarakat dalam mencegah dan menangani para pecandu narkoba. “Penggunaan nilai spiritualitas diharapkan bapat mengurangi dan mencegah ketergantungan pada narkoba,” tuturnya.

Beberapa aspek yang akan dibahas dalam workshop ini diantaranya adalah perspektif Islam tentang Narkoba, peran pesantren dalam mencegah penyalahgunaan Narkoba, sampai dengan masalah narkoba yang ada di Indonesia. Para peserta yang datang dari 10 pesantren tersebut juga akan diperkenalkan dengan konsep pemberian kesadaran terhadap Narkoba pada siswa, pemberian life skill training pada siswa sampai dengan aktifitas ekstrakulikuler.

Tak hanya berhenti dalam arena workshop, pesantren-pesantren tersebut akan dibantu dalam pembuatan proposal dan Colombo Plan akan mendanai aktifitas tersebut. Setidaknya, ada dukungan dari lembaga internasional dalam penanganan masalah narkoba ini.

Workshop ini merupakan rangkaian dari program yang sama yang diselenggarakan di Malaysia pada Desember 2004 lalu dan di Indonesia pada Maret 2006 lalu.

“Penyelenggaraan workshop ini diharapkan dapat semakin mendorong para ulama untuk mengambil peran dalam program pencegahan Narkoba berbasis pesantren,” tuturnya.

Diantara pesantren-pesantren NU tersebut; Ponpes Al-Muhajirin (Jakarta Utara), Anurudh Dholam (Jakut), Darunnajah (Jakbar), Al-Hamidiyah (Depok), Asshiddiqiyah (Jakbar), Yapink (Bekasi), Al-Munawir (Yogyakarta), Al-Ashriyyah Nurul Iman (Bogor), dan Azziyadah (Jaktim).

Direktur Program Narcotics The Colombo Plan, Dr Ranayake menambahkan, penyatuan pendidikan antinarkoba dengan materi pendidikan lain di dalam sistem pendidikan Islam amat menunjang program ini. Dia berharap ada kerjasama yang baik dengan pihak Ponpes dalam bidang pendidikan tersebut. “Setelah berkunjung ke pesantren-pesantren NU kemarin, saya menemukan kenyataan bahwa sudah ada banyak kegiatan penyuluhan tentang narkoba yang dilakukan secara rutin,’’ katanya.

Senada dengan Ranayake, Senior Programme Officer The Colombo Plan, Freddie Jayawardena mengungkapkan ada banyak penelitian membuktikan bahwa aspek spiritualisme dalam agama memiliki pengaruh kuat terhadap penanganan dan pencegahan narkoba. Peran agama khususnya institusi lembaga pesantren bisa menjadi ujung tombak penanggulangan dan agen pencegahan narkoba berbasis komunitas. Masyarakat sekitar pondok pesantren sering meminta bantuan kepada institusi agama ini untuk menyembuhkan pecandu narkoba. Dengan begitu pesantren merupakan salah satu bagian dari program pelayanan masyarakat bagi pecandu maupun basis penting bagi program pencegahan narkoba. (mkf)