Warta HALAQAH MAKTABAH SYAMILAH RMI JATIM

Peserta Perempuan Tak Mau Ketinggalan

Senin, 9 April 2007 | 14:21 WIB

Program pengenalan dan pemanfaatan perangkat lunak (software) kitab kuning yang dipelopori Nahdlatul Ulama (NU) Japan dan Situs Pesantren Virtual (http://www.pesantrenvirtual.com) bekerja sama dengan Pimpinan Wilayah (PW) Rabithah Ma'ahid al-Islamiyah Jawa Timur (RMI) Jawa Timur, tampaknya semakin diminati kalangan pondok pesantren (ponpes) di Jawa Timur.

Ahad (8/4) lalu, kegiatan bertajuk "Halaqah Pemanfaatan Software Kitab Kuning dan Pengembangan Perpustakaan Digital di Pondok Pesantren" tersebut digelar di Ponpes Nurul Ikhlas, Sepande, Candi, Sidoarjo. Halaqah di pondok pesantren asuhan KH Mukhlas Kurdi yang juga Ketua PC RMI Sidoarjo ini merupakan halaqah ketiga yang digelar oleh PW RMI Jatim. Sebelumnya, dua kali halaqah telah digelar di Probolinggo (16/12/06) dan Tulungagung (17/3/07). ;

Halaqah ketiga ini diikuti oleh 100 orang peserta. Selain utusan ponpes, halaqah juga dihadiri perwakilan Syuriah Majelis Wakil Cabang (MWC) NU se-Sidoarjo dan pengurus PCNU Sidoarjo.

"Setiap peserta mendapatkan satu set CD Maktabah Syamilah (software kitab kuning yang merangkum 1800 judul kitab) dan buku panduan penggunaan program tersebut. Semuanya disediakan secara gratis oleh PW RMI Jatim," ungkap Nur Hidayat, Sekretaris PW RMI Jatim.

Dibandingkan halaqah yang digelar di Probolinggo dan Tulungagung, jumlah peserta perempuan pada halaqah ketiga ini merupakan yang terbanyak. Tercatat sedikitnya 12 orang peserta perempuan perwakilan pondok pesantren yang hadir. Dalam dua halaqah sebelumnya, jumlah peserta perempuan tidak lebih dari enam orang.

"Ini pertanda bahwa para ustadzah dan ibu nyai juga tidak mau ketinggalan dalam penguasaan teknologi," imbuh pria yang juga mengajar di Pesantren Putri Seblak, Jombang ini.

Halaqah ketiga ini dibuka oleh H Agus Zainal Arifin, mantan Rais Syuriah NU Japan yang baru pulang dari Negeri Sakura setelah menyelesaikan disertasi doktornya. Dalam kesempatan itu, pria yang biasa dipanggil Gus Ipin ini menceritakan aktivitas NU Japan dan kronologi pengembangan perangkat lunak Maktabah Syamilah.

Ia menceritakan, perangkat lunak tersebut sebenarnya dikembangkan oleh Al-Meshkat Corp dan bisa diakses secara gratis oleh masyarakat. Tetapi, besarnya ukuran perangkat lunak itu dan rendahnya kualitas jaringan internet yang ada di Indonesia dipastikan akan menghambat pemanfaatannya di Tanah Air.

"Karena pertimbangan itulah, NU Japan mengambil inisiatif untuk mengunduh (download) program tersebut dan menyimpannya ke dalam CD. Lalu, kami menggandeng RMI untuk sosialisasi pemanfaatan software tersebut di kalangan pondok pesantren di Indonesia," ujar doktor lulusan Hiroshima University yang juga dosen jurusan Teknik Informatika ITS itu.

Agus berharap, pemanfaatan perangkat lunak itu akan dapat membantu proses pembelajaran melalui metode musyawarah atau diskusi yang selama ini dilakukan oleh santri-santri senior di pesantren salaf. Selain itu, perangkat lunak itu juga akan sangat membantu proses pencarian referensi untuk bahan bahtsul masa'il (pembahasan masalah) di lingkungan NU.

"Hanya dengan memasukkan kata tertentu (sebagai kata kunci), misalkan muzayyadah atau aqiqah, maka software ini mampu mencari referensi topik bahasan yang berisi kata kunci tersebut dari puluhan kitab hanya dalam hitungan detik," jelasnya.

Melalui RMI, ribuan pondok pesantren yang ada di Indonesia diharapkan akan dapat segera menikmati berbagai kemudahan yang terdapat di dalam Maktabah Syamilah. Selain Maktabah Syamilah, NU Japan juga sedang menyiapkan beberapa program kerja sama lain dengan RMI yang dapat diakses kalangan pesantren. Salah satunya adalah bimbingan aplikasi beasiswa pendidikan di Jepang, baik untuk jenjang S-1, S-2, S-3 maupun program pelatihan guru yang disediakan pemerintah Jepang.

Berdasarkan catatan PW RMI Jatim, sampai dengan halaqah ketiga ini sudah sekitar 250 ponpes yang telah memanfaatkan software kitab kuning itu. Setelah mengikuti halaqah, peserta juga diharapkan akan memperkenalkan program ini secara getok tular kepada ponpes yang lain.

"Dengan cara itu, kami berharap sekitar 3000 pondok pesantren NU di Jawa Timur akan dapat mengenal software ini pada akhir 2007," imbuh Nur Hidayat.

Hadir dalam halaqah ini, Drs H Abdi Manaf (Ketua PCNU Sidoarjo) serta beberapa orang pengurus syuriah dan tanfidziyah PCNU Sidoarjo. (Nur Hidayat)