Jakarta, NU Online
Ada banyak hikmah yang diperoleh oleh para hamba yang yang bertafakkur alias merenung pada saat menjalankan puasa. Semuanya bermuara pada satu titik yakni pengabdian kepada Allah SWT. Pada saat pengabdian telah dijalankan, tiba-tiba hikmah itu kembali kepada hamba itu juga.
“Puasa itu untuk untuk Allah. Jika sudah dijalankan baru Dia akan membalasnya. Lihat betapa kita bergembira pada saat berbuka. Kegembiaraan itu adalah cermin bagaimana kita kelak bertemu dengan Allah,” kata KH. Facri Thoha Ma'ruf, pengasuh Pesantren Al-Ma’ruf kepada NU Online di Jakarta, Selasa (3/10).
<>Maka berikan persembahan terbaik untuk Allah. Jauhilah hal-hal yang membatalkan puasa atau yang sekedar mengurangi pahalanya. Dikatakan Kiai Fachri, semakin baik persembahan maka semakin besar kenikmatan yang diperoleh hamba yang sedang berpuasa.
Nah, puasa hanya diperuntukkan bagi mereka yang dikasihi oleh Allah. Tidak perlu pamer dengan berpura-pura lapar. Dalam pengabdian tidak ada tetidakjujuran.
“Saya setuju pendapat Gus Dur bahwa yang tidak dikasihi tidak perlu menjalankan puasa, nanti dikira melanggar hak azasi manunia (HAM) ,” kata kiai kharismatik yang sempat menjadi wakil katib syuriah PBNU selama beberapa periode itu. (nam)
Terpopuler
1
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
2
Mendesak! Orientasi Akhlak Jalan Raya di Pesantren
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
LD PBNU Ungkap Fungsi Masjid dalam Membina Umat yang Ramah Lingkungan
5
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
6
Orang-Orang yang Terhormat, Novel Sastrawan NU yang Dianggap Berbahaya Rezim Soeharto
Terkini
Lihat Semua