Warta

PWNU Sulsel Anugerahkan NU Award pada 8 Tokoh

Senin, 4 Februari 2008 | 13:20 WIB

Makassar, NU Online
Sebagai rangkaian dari peringatan harlah ke 82 NU, PWNU Sulsel menganugerahkan NU Award kepada 8 tokoh dan lembaga yang dianggap telah berjasa dalam mengembangkan NU di wilayah Sulawesi Selatan.

Kedelapan tokoh tersebut adalah AGH Muhammad Ramly (alm) AGH Jamaluddin Puang Ramma (alm) H. Kalla (alm), H. Andi Sose, HM Amin Syam HA Hafidz Yusuf, dan H. Anwar M. Diah. Sedangkan dua lembaga yang memperoleh penghargaan adalah PCNU Kota Makassar dan PT Media Fajar Group (penerbit Koran F<>ajar).

Penghargaan tersebut diserahkan oleh KH Sanusi Baco, Mustasyar NU Sulsel pada puncak acara harlah NU Sulsel yang dipusatkan di Balai Prajurit M. Yusuf Makassar, Minggu 3 Februari.

Dr. HM Arfah Siddiq, ketua tim seleksi NU Award menjelaskan terdapat tiga criteria seorang tokoh layak menerima penghargaan. “Pertama, mereka berjasa dalam mendirikan NU di Sulsel, kedua, memiliki peran dalam memberikan manfaat bagi jamiyyah dan jamaah NU serta peduli pada kultur dan pendidikan NU,” katanya.

Andi Sose, salah seorang pejuang 45 yang menerima NU Award merasa gembira atas penghargaan yang diberikan kepadanya. Ia merasa pengakuan ini bisa meningkatkan semangatnya untuk membaktikan diri dalam pengembangan keagamaan di Sulsel.

Mantan Gubernur Sulsel Amin Syam ketika menjabat dinilai cukup mendorong pengembangan keagamaan, salah satunya adalah pemberantasan buta aksara Al Qur’an sehingga ia juga menjadi salah satu penerima NU Award.

Dr. Abdul Makhsud, Ketua Panitia Harlah NU Sulsel sebelumnya juga telah mengatakan pemberian penghargaan ini sebagai upaya NU untuk menghargai para tokoh yang telah berjasa terhadap NU. “Jika NU ingin dihargai, maka juga harus mampu menghargai mereka,” katanya beberapa waktu lalu.

Sementara itu dalam ceramah pada puncak acara Harlah ini, KH Sanusi Baco menjelaskan bahwa ajaran Islam tidak berhenti pada tataran teoritis, tetapi menjadi ruh dan inspirasi dalam setiap perjuiangan yang tercermin dalam sikap, perilaku dan tata fakir seperti yang dilakukan oleh rasulullah.

Dijelaskannya, banyak orang Islam yang berfikiran sempit, merasa paling benar, fihak lain sebagai ancaman, dan penyebar kecemasan bagi fihak lain sehingga substansi agama sebagai rahmat bagi seluruh alam tidak terwujud. (mkf)