Daerah

Pesan KH Muslihun Ashari Cilacap: Jadilah Mubaligh Berwawasan Luas

Selasa, 12 September 2023 | 08:00 WIB

Pesan KH Muslihun Ashari Cilacap: Jadilah Mubaligh Berwawasan Luas

Pelatihan Daiyah Fatayat NU Cilacap, Ahad (10/9/2023) (Foto: NU Online/Naeli Rokhmah)

Cilacap, NU Online
Wakil Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU Cilacap, KH Muslihun Ashari​​​​​​mengajak ​​​​​​para​​​​​​​​​​​​​​pendakwah​​​​​​​​​​​​​agar membekali diri dengan wawasan yang luas. Kiai Muslihun mengibaratkan keluasan wawasan tersebut seperti supermarket yang menyediakan berbagai barang yang diperlukan masyarakat.

​​​​​​​

"Jadilah mubaligh level supermarket, maksudnya menjadi sosok seorang mubaligh hendaknya memiliki wawasan yang luas agar dalam menyampaikan materi kepada umat tidak monoton itu-itu saja," kata Kiai Muslihun saat mengisi Pelatihan Daiyah di D’ Pillar Cilacap, Ahad (10/9/2023).


Acap kali terjadi, kata Kiai Muslihun, seorang dai atau mubaligh saat bertabligh tiba-tiba lupa terhadap materi yang tengah disampaikan. "Nge-blank istilahnya. Ini adalah situasi yang fatal dalam profesi dakwah. Maka seorang dai atau mubaligh harus berwawasan luas, menguasai banyak materi. Banyak muthala’ah kitab dan buku-buku sebagai referensi," bebernya dalam pelatihan yang diinisiasi Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Cilacap, Jawa Tengah.


Lantas bagaimana bila terlanjur nge-blank? Dalam pelatihan ​​​​​​ yang menyasar pada kader daiyah dan hafidzah di lingkungan NU dari 24 kecamatan di Kabupaten Cilacap itu, KH Muslihun berkata agar jangan panik, tetapi libatkan audiens dalam tablighnya.​​​​​​​


"Jangan panik. Berbicaralah dengan pelan. Libatkan audiens untuk berkomunikasi. Misalnya lemparkan pertanyaan, “Ibu-ibu, tadi sampai mana ya. Baru kemudian setelah fokus kembali materi dilanjutkan,” ujarnya berbagi tips.
 

Kejadian seperti ini hendaknya menjadi bahan evaluasi agar jangan sampai kejadian lagi. Kemudian persiapkan catatan sebelum naik ke panggung sebagai antisipasi saat tiba-tiba lupa materi.
 

Tips menjadi daiyah yang baik
KH Muslihun Ashari yang juga wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Cilacap ini mengungkap bahwa perempuan secara umum dalam sehari bisa mengeluarkan 20.000 kosa kata, sehingga wajar bila perempuan cenderung lebih cerewet dibandingkan dengan laki-laki.​​​​​​​


Namun demikian, saat perempuan dituntut untuk berbicara secara runtut di hadapan orang banyak pada umumnya akan mengalami kesulitan. Contohnya saat bertabligh atau berdakwah. Apalagi saat rasa grogi melanda, materi yang telah dihapalkan bisa saja tiba-tiba hilang.
 

Untuk ini, KH Muslihun berbagi setrategi agar bagaiman seorang daiyah bisa menyampaikan dakwahnya dengan baik. Imam Masjid Darussalam Cilacap ini menyebut 3 tips menjadi daiyah.


"Pertama seorang dai/daiyah harus membangun rasa percaya diri terlebih dahulu. Ini penting agar saat berhadapan dengan audiens tidak grogi dan merasa minder," katanya.

 

Meskipun begitu, menurutnya jangan over juga dalam rasa percaya diri hingga karena justru bisa memicu hilang atau lupa materi.

 

Dalam hal ini Imam Masjid Darussalam Cilacap ini mengatakan sebaiknya dai mempelajari latar belakang audiens yang dihadapi.  Caranya dengan melihat di lingkungan mana dirinya berdakwah. 

 

“Berdakwah di lingkungan masyarakat yang religi tentunya berbeda dengan ketika berdakwah di hadapan kaum abangan,” ujarnya.


Begitu juga ketika berdakwah di lingkungan perkantoran mestinya berbeda dengan ketika berbeda di kawasan perkampungan. 


“Kedua tonjolkan ciri khas. Artinya seorang dai atau mubaligh bisa menggali apa yang menjadi ciri khasnya dan secara konsisten mempertahankan dalam setiap penampilannya,” sambung KH Muslihun.
Pada umumnya seorang mubaligh dengan ciri khas tertentu akan menjadi daya tarik sendiri bagi mad’u atau audiens. Pada kenyataannya banyak mubaligh yang kondang ngaji di mana-mana padahal materi yang disampaikan dari panggung-ke panggung hampir sama. “Ini karena mereka punya ciri khas yang menarik audiens,” ungkapnya.

 

“Ketiga hindari rasa iri.  Jangan merasa iri melihat kesuksesan sesama aktivis dakwah dalam merebut hati jamaah,” ujarnya.

 

Maka dalam berdakwah harus dilandasi dengan rasa ikhlas. “Apapun tanggapan mad’u dengan dakwah kita, harus ikhlas. Jangan malah menjadikan rasa malas untuk berdakwah karena merasa kurang diterima,” tandas KH Muslihun Ashari.
Kegiatan hari itu adalah dalam rangka membekali kader daiyah Fatayat dalam pergerakan dakwahnya di tengah-tengah masyarakat. Dikatakan Ketua PC Fatayat NU Cilacap Tun Habibah bahwa Fatayat sebagai perempuan muda NU berperan setrategis untuk menyampaikan dakwah di lingkungannya terlebih di dalam keluarganya.

 

Selain pelatihan daiyah, hari itu juga dibentuk Forum Daiyah Fatayat (Fordaf) dan Ikatan Hafidzah Fatayat (IHF). Lingkup kerja keduanya nantinya berada di bawah koordinasi bidang dakwah PC Fatayat NU Cilacap. Adapun fungsinya adalah sebagai wadah bagi para daiyah dan hafidzah dari kader Fatayat NU.