Daerah

Tragedi Payangan Jember, Wakil Ketua LDNU Jatim: Islam Melarang Keras Ritual Membahayakan

Senin, 14 Februari 2022 | 10:30 WIB

Tragedi Payangan Jember, Wakil Ketua LDNU Jatim: Islam Melarang Keras Ritual Membahayakan

Warga mengevakuasi jenazah korban ritual laut di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur. (Foto: istimewa)

Jember, NU Online

Sebelas korban jiwa dari total dua puluh dua orang atas tragedi ritual laut berujung maut di Pantai Payangan, Kabupaten Jember, Jawa Timur pada Ahad (13/2/2022) dinihari, berhasil dievakuasi. Ritual itu dilakukan tengah malam di pinggir laut Payangan Jember. Meski petugas sudah melarang, ritual tetap dilakukan.

 

Peristiwa mengenaskan tersebut menjadi duka cita bagi sejumlah pihak. Salah satunya tokoh Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Prof Kiai M Noor Harisudin.

 

"Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uun. Kita semua turut berduka cita atas meninggalnya sebelas orang dari beberapa daerah di Jember. Kita doakan semoga khusnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkan mendapatkan kesabaran oleh Allah Swt," tutur Prof Harisudin di pesantren yang diasuhnya, Darul Hikam Mangli Kaliwates, Jember, Senin (14/2/2022) pagi.


Menurut Prof Harisudin, peristiwa tersebut dapat diambil pelajaran, bahwasanya kegiatan ritual yang baik khususnya bagi umat Islam bukanlah di makam atau pohon keramat, terlebih di tempat yang dapat membahayakan jiwa seperti di laut. Namun, tempat terbaik untuk melakukan ritual atau pendekatan diri (bermunajat) kepada Allah swt yaitu di masjid.


"Kita itikaf, membaca Al-Qur'an, dan shalat sunah kita lakukan semuanya di masjid yang tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.  Juga banyak berzikir di masjid, insyaallah, tahtmainnul qulub. Hati kita menjadi damai dan tenteram," ujar Prof Harisudin yang juga Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.


Ritual ketenangan jiwa yang seperti dilakukan oleh kelompok Tunggal Jati Nusantara tersebut patut dicurigai, karena disinyalir tidak pernah diajarkan oleh agama Islam. Contoh lain juga pernah terjadi  lain seperti ritual menggandakan uang yang terjadi di Probolinggo beberapa waktu silam dan ritual-ritual yang tidak masuk akal lainnya.  


"Kita harus berhati-hati terhadap ritual yang 'aneh-aneh'. Kenapa aneh? Ya ritualnya kenapa ritualnya harus dini hari? Kenapa harus di laut? Apalagi ombak lagi pasang yang membahayakan. Ritual semacam ini tidak ada dalam agama Islam," tegas Prof Kiai Harisudin yang juga Wakil Ketua Lembaga Dakwah NU Jawa Timur.


Agama Islam, lanjut Prof Kiai Harisudin, tidak pernah mengajarkan ritual-ritual yang membahayakan. "Sebagaimana dalam sabda Nabi Muhammad saw, La Dharara Wala Dhirara yang artinya jangan membahayakan diri sendiri dan jangan juga membahayakan orang lain.
Ritual tidak boleh membahayakan diri dan orang lain. Ritual apa pun tujuannya hanya untuk taqarrub kepada Allah. Tidak boleh ada penyembahan kepada selain Allah," jelas Prof Haris yang juga Dekan Fakultas Syariah UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.


Oleh karena itu pihaknya mengimbau agar masyarakat dalam hal apapun untuk senantiasa bertanya kepada ahlinya. Hal demikian penting dilakukan untuk menghindari perbuatan yang dapat merugikan diri dan orang lain.

 

"Ulama di Jember sangat banyak. Tanyakan kepada para ulama, para kiai dan ibu nyai, para ustad dan semacamnya. Sebaliknya, para ulama, kiai, ibu nyai, ustadz, ustadzah dan tokoh masyarakat untuk memberikan edukasi ke masyarakat. Semoga ke depan tidak lagi terjadi peristiwa serupa, karena umat semakin cerdas dan tercerahkan," pungkas Prof Haris yang juga Ketua Asosiasi Penulis dan Peneliti Islam Nusantara Seluruh Indonesia.

 

Kontributor: M Irwan Zamroni Ali
Editor: Kendi Setiawan