Fragmen

Abah Anom dan Negeri Bid'ah Suryalaya

Kamis, 20 Februari 2020 | 13:30 WIB

Abah Anom dan Negeri Bid'ah Suryalaya

Syekh Ahmad Shohibul Wafa' Taju l-'Arifin atau akrab disapa Abah Anom saat masih muda. (Foto: flickr.com)

Syahdan. Pangersa Abah Anom (Syekh Ahmad Shohibul Wafa' Taju l-'Arifin) menghadiri undangan memimpin manaqiban di pesantren Ajengan Masduki, Sukabumi. Sementara itu, turut pula hadir santri kinasih Beliau, KH Zainal Abidin asal Cikadu, Pelabuhan Ratu, bersama sahabatnya, Haji Tamim. Pemilik nama yang terakhir ini, kendati rapat bergaul dengan Ajengan Zainal, dan kerap kali membantunya mencetak kitab-kitab kuning yang dikarang, namun keukeuh memeluk Wahabi sebagai landasan imannya. 

Teramat sering mereka bertukar guyon sembari menyindir perkara bid'ah, khurafat, & takhayul--termasuk meragukan kewalian Pangersa Abah Anom. Singkat cerita. manaqiban pun rampung digelar. Di luar kebiasaan, Pangersa memilih mobil jenis kijang milik H. Tamim, dan minta diantarkan pulang ke, "Negeri Bid'ah, Suryalaya," demikian ucap Pangersa.

Mengetahui itu, pemilik mobil tak bisa berbuat apa-apa. Ajengan Zainal pun turut bersama Pangersa. Duduk di jok bagian tengah. Selama mobil melaju, Pangersa hanya tertidur pulas. Ketika melewati wilayah Malangbong, terjadilah peristiwa di luar nalar. H. Tamim malah terlelap di belakang kemudi. Bahkan kepalanya sampai terantuk-antuk membentur stir mobil.

Demi melihat itu, para penumpang dalam mobil itu pun panik, kecuali Ajengan Zainal--yang menyadari sebuah karomah sedang terjadi. Sepanjang 30an km lebih, mobil melaju menuju Tasikmalaya. Dengan kondisi jalan meliuk, menanjak, dan menurun. Setiba di depan lokasi pesantren Suryalaya, Pangersa langsung terjaga. Lantas menepuk bahu H. Tamim yang seketika kebingungan sangat.

Kini ia benar-benar sudah berada di negeri bid'ah yang sering ia olok di hadapan Ajengan Zainal. Setelah H. Tamim siuman dari linglung, seluruh penumpang pun masuk ke areal pesantren. 

Tak berselang lama dari peristiwa tersebut, H. Tamim minta ditalqin bai'at oleh Pangersa. Hingga wafatnya, ia kemudian menjadi pejuang tangguh santri Tariqat Qadiriyah-Naqsyabandhi di bawah asuhan Pangersa Abah Anom yang mulia. 
 
 
Ren Muhammad, pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas; Ketua Bidang Program Yayasan Aku dan Sukarno, serta Direktur Eksekutif di Candra Malik Institut.
 
 
===
Diriwayatkan dari tuturan saksi mata, Deden Ridwan—putra bungsu Ajengan Zainal Abidin ra, yang pada 1983 itu masih bocah berusia kitaran sepuluh tahun.