Ajie Najmuddin
Kontributor
Dalam catatan sejarah, Sarbumusi didirikan pada 27 September 1955 di Pabrik Gula Tulangan Sidoarjo, Jawa Timur. Tahun berdirinya Sarbumusi tersebut, berdekatan dengan Pemilu 1955, yang diselenggarakan 29 September 1955, di mana NU yang kala itu masih berstatus sebagai partai politik ikut menjadi kontestan dan berhasil meraih posisi 3 besar.
Dengan jumlah massa yang cukup besar, kaum buruh dan petani, tentu menjadi ceruk suara yang menjanjikan. Selain NU, hampir tiap partai politik, kala itu, memiliki sayap gerakan ataupun afiliasi dengan serikat buruh, di antaranya KBM (afiliasi politik dengan PNI), Gasbiindo (Masyumi), SOBSI (PKI), dan lain-lain.
Usai Pemilu 1955 dan Pembentukan DPR-GR tahun 1960, sejumlah tokoh dari Sarbumusi ikut terpilih menjadi anggota DPR RI, antara lain Murtadji Bisri, Sutarno Djatikusumo, Moch. Hartono, dan Muhamad Djazim. Kemudian pada Pemilu 1971, ada Umar Tadjuddin, Sutanto Martoprasono, H. A. Latief, dan KH Masykur.
Naiknya sejumlah tokoh Sarbumusi menjadi anggota dewan, menjadikan perjuangan NU untuk kaum buruh menjadi lebih kuat dan memiliki pengaruh lebih luas, tidak hanya di tanah air tetapi juga di kancah internasional.
Dalam sebuah acara Rapat Akbar Kongres ke-2 yang diselenggarakan Sarbumusi pada 9 Maret 1965 di gedung Istora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Presiden Soekarno menegaskan peran penting Sarbumusi: “Sarbumusi adalah satu unsur penting, alat penting dalam Revolusi Indonesia ini, satu tenaga besar untuk menjalankan Revolusi Indonesia ini!”
Kemudian, lanjut Presiden Soekarno, Sarbumusi mestinya juga memiliki cita-cita yang sama dengan ajaran agama Islam, yakni untuk senantiasa bantu-membantu satu sama lain, tidak ada penghisapan oleh suatu bangsa kepada bangsa lain.
“Oleh karena itu, maka saya berkata bahwa di dalam mengejar cita-cita ini, di dalam mendobrakkan cita-cita ini, Sarbumusi adalah satu unsur yang amat besar artinya. Apa sebab? Oleh karena Sarbumusi pun berdiri di atas moraliteit yang tinggi.”
Dalam menjaga cita-cita tersebut, Sarbumusi tetap konsisten meskipun pada akhirnya harus berhadapan langsung dengan penguasa. Di masa Orde Baru misalnya, Sarbumusi ikut menentang penggabungan berbagai serikat buruh ke dalam satu wadah.
Setelah rezim Orde Baru tumbang dan era reformasi bergulir, hingga kini Sarbumusi tetap menjadi garda terdepan NU dalam memperjuangkan kaum buruh.
Penulis: Ajie Najmuddin
Terpopuler
1
Tim TP2GP dan Kemensos Verifikasi Pengusulan Kiai Abbas sebagai Pahlawan Nasional
2
Atas Dorongan PBNU, Akan Digelar Jelajah Turots Nusantara
3
Rais Aam Sampaikan Bias Hak dan Batil Jadi Salah Satu Pertanda Kiamat
4
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Keutamaan & Amalan Istimewa di Hari Asyura – Puasa, Sedekah, dan Menyantuni Yatim
5
Jejak Mbah Ahmad Mutamakkin, Peletak Dasar Keilmuan, Pesantren, dan Pemberdayaan Masyarakat di Kajen
6
Pangkal Polemik ODOL Kegagalan Pemerintah Lakukan Tata Kelola Transportasi Logistik
Terkini
Lihat Semua