Nasional

Dinilai sebagai Pahlawan Kemanusiaan, Nyai Sinta Nuriyah Terima Pilar Asoka dari Bhante Jayamedo Thera

Sabtu, 8 April 2023 | 12:00 WIB

Dinilai sebagai Pahlawan Kemanusiaan, Nyai Sinta Nuriyah Terima Pilar Asoka dari Bhante Jayamedo Thera

Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid saat menerima replika Pilar Asoka dari Young Buddhist Associatoon Indonesia (YBAI) pada Kamis (6/4/2023). (Foto: instagram @youngbuddhistassociation)

Jakarta, NU Online

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menerima replika Pilar Asoka dari Young Buddhist Associatoon Indonesia (YBAI).


Replika Pilar Asoka itu diserahkan langsung oleh Dewan Pelindung YBAI YM Bhante Jayamedho Thera dalam acara buka bersama Safari Ramadhan 2023 di Padepokan Vihara Dhammadipa Arama, Kota Batu, Jawa Tumur, pada Kamis (6/4/2023).


Dikutip dari Instagram YBAI, pemberian replika Pilar Asoka ini atas seizin dari YM Bhante Jayamedho Thera karena Nyai Sinta Nuriyah bersama almarhum KH Abdurrahman Wahid merupakan sosok pahlawan panutan dalam memberikan contoh aksi nyata dalam kemanusiaan, toleransi, dan anti kekerasan.


Istri Presiden Ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid itu merupakan tokoh pertama yang menerima replika Pilar Asoka. Menjelang Perayaan Waisak 2567 pada Juni 2023 mendatang, YBAI memberikan replika Pilar Asoka itu kepada sosok atau tokoh yang mempunyai visi dan misi mendukung serta menyukseskan moderasi agama dalam acara Vesak Festival 2023. 


Dilansir situsweb Vihara Buddha Guna Bali, Pilar Asoka dibangun Raja Asoka, seorang Maharaja sepanjang sejarah India yang lahir sekitar 500 tahun setelah Buddha Parinibbana.


Pembangunan Pilar Asoka sebagai bentuk penghormatan Raja Asoka terhadap Guru Buddha Gotama. Sebab berkat Dhamma yang diajarkan-Nya menyadarkan sang raja untuk hidup sesuai Dhamma dari kekeliruannya membasmi sanak saudaranya dan menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya.


Pilar Asoka perlambang perdamaian dan kerukunan Umat Beragama sarat akan pesan Dhamma yang tertuang dalam ukirannya yang indah seperti Roda Dhamma yang melambangkan Kebenaran Mulia yang diajarkan Sang Buddha, gajah melambangkan kelahiran Bodhisatta dalam mimpi Ratu Siri Mahamaya Dewi.


Kemudian kerbau melambangkan tekad dan keperkasaan Pangeran Sidattha Gotama, kuda melambangkan Pelepasan Agung menunggangi kuda Kanthaka dan singa melambangkan Buddha adalah Raja Dhamma seperti singa sang raja rimba.


Maharaja Asoka juga membuat dekret perdamaian dan kerukunan hidup beragama. Dekret ini berisi tentang anjuran untuk hidup damai dan tidak mengganggu satu sama lain antaragama. Berikut isi dekret Maharaja Asoka:


Janganlah kita menghormat agama sendiri dengan mencela agama orang lain. Sebaliknya, agama orang lain dihormati atas dasar-dasar tertentu.


Dengan berbuat demikian, kita telah membantu agama kita sendiri untuk berkembang, di samping menguntungkan pula agama lain.


Dengan berbuat sebaliknya, maka kita akan merugikan agama kita sendiri, di samping merugikan agama orang lain.


Oleh karena itu, barang siapa menghormat agamanya sendiri dengan mencela agama orang lain semata-mata karena dorongan rasa bakti kepada agamanya sendiri dengan berpikir 'bagaimana aku dapat melupakan agamaku sendiri', maka dengan berbuat demikian ia malah merugikan agamanya sendiri.


Oleh karena itu, toleransi dan kerukunan beragamalah yang dianjurkan, dengan pengertian, bahwa semua orang selain mendengarkan agamanya sendiri hendaknya bersedia pula mendengarkan ajaran yang dianut oleh orang lain.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad