Nasional

Jadi Rais Syuriyah Sejak 38 Tahun, KH Adib Rofiuddin Niat Melayani Para Kiai

Jumat, 1 Juli 2022 | 05:03 WIB

Jadi Rais Syuriyah Sejak 38 Tahun, KH Adib Rofiuddin Niat Melayani Para Kiai

KH Adib Rofiuddin Izza adalah Pengasuh Pondok Al-Inaaroh Al-Hikam, Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Suwitno/NU Online).

Cirebon, NU Online

Pengasuh Pondok Al-Inaaroh Al-Hikam Buntet Pesantren Cirebon, Jawa Barat, KH Adib Rofiuddin Izza mengisahkan pengalamannya menjadi rais syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sejak usianya masih 38 tahun. 


Kiai Adib ditunjuk menjadi Rais Syuriyah PBNU setelah Muktamar Ke-31 NU yang digelar di Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah, pada akhir 2004. Ia mengaku diminta untuk membantu Rais Aam PBNU KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudh dan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi. 


“Waktu itu (usia) saya kalau tidak salah 38 (tahun). Tapi niat saya, satu. Saya niatnya sama sekali tidak ingin menjadi rais. Tapi saya niatnya khidmah meladeni para kiai biar dapat berkahnya. Saya suka bawain teh kalau lagi rapat,” ungkap Kiai Adib dalam Rapat Konsolidasi Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU di Aula Serbaguna Pondok Al-Inaaroh Al-Hikam Buntet Pesantren Cirebon, pada Rabu (29/6/2022). 


Kemudian, Kiai Adib kembali ditunjuk menjadi rais syuriyah PBNU usai gelaran Muktamar Ke-32 NU di Makassar, Sulawesi Selatan dan Muktamar Ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur. Namun setelah Muktamar Ke-33 NU di Lampung, Kiai Adib sempat memohon kepada para kiai untuk tidak lagi menunjuk dirinya sebagai rais syuriyah PBNU. 


Ia meminta KH Mahbub Maafi (yang saat ini menjadi ketua LBM PBNU) untuk menyampaikan pesan kepada Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. Ia berharap tidak ditunjuk sebagai rais syuriyah karena ingin istirahat dari kesibukan di PBNU. Hal lain karena Kiai Adib sudah sangat sibuk dengan aktivitas mengajar ngaji masyarakat dan santri. 


“Saya tidak bisa aktif sama sekali. Sampai saat ini saya tidak pernah ikut rapat sama sekali. Tapi kata Kiai Yahya (ketua umum PBNU), yang penting namanya ada. Saya nggak enak sebenarnya. Jadi saya sudah sampaikan ke beliau, tolonglah saya mau istirahat saja. Saya itu pengangguran tapi kadang-kadang ada sibuknya. Rabu punya pengajian umum dan hampir rutin tiap hari mengajar ngaji,” jelas Kiai Adib. 


Meski begitu, ia tetap bersyukur karena bisa benar-benar melayani atau berkhidmah kepada para kiai sepuh yang ada di Indonesia. Bahkan secara pribadi, Kiai Adib merasa mendapat banyak keberkahan. 


“Alhamdulillah saya bisa meladeni kiai-kiai sepuh yang ada di Indonesia. Keberkahan buat saya secara pribadi. Jadi kalau orang menyatakan saya rais syuriyah, saya nggak sama sekali terpikir ke situ. Pikiran saya cuma satu, meladeni atau khidmah pada para kiai. Dan itu mendapatkan keberkahan buat kami dan keluarga kami,” pungkasnya. 


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Alhafiz Kurniawan