Nasional

Mbah Maimoen, Deklarator Berdirinya PCINU Maroko

Senin, 12 Agustus 2019 | 11:15 WIB

Mbah Maimoen, Deklarator Berdirinya PCINU Maroko

Almaghfurlah KH Maimoen Zubair. (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online
KH Maimoen Zubair merupakan ulama yang mendeklarasikan lahirnya Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko pada tahun 2011 silam. Saat itu, di tengah berbagai tantangan yang menghalangi kelahirannya, kehadiran Mbah Moen menjadi momentum tepat.

“Kedatangan beliau ke Maroko kami jadikan momen untuk mendirikan PCINU karena sebelumnya banyak tantangan di sini agar PCINU tidak berdiri,” kata Alvian Iqbal Zahafsan, Rais Syuriyah PCINU Maroko pertama, kepada NU Online pada Senin (12/8).

Alvian mengungkapkan bahwa saat itu, Mbah Moen menyayangkan NU Maroko baru berdiri. Padahal, katanya, NU Australia dan negara-negara yang mayoritas non-Muslim lainnya sudah lahir lebih dulu.

“Yang paling saya ingat dari deklarasi PCINU Maroko, beliau katakan bahwa PCINU Maroko terlambat dibanding PCINU Australia yg duluan ada padahal Maroko mayoritas muslim,” jelas kandidat doktor Universitas Daar El Hadis itu.

Alvian menjelaskan bahwa kelahiran PCINU Maroko tak lepas dari kehadiran Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj ke Maroko pada Ramadan 1431 H, tahun 2010, untuk menyampaikan pidato di hadapan Raja Maroko. Saat itu, warga NU yang sedang menempuh studi di sana meminta Kiai Said untuk melobi raja memberikan kuota khusus bagi Nahdliyin.

“Dapatlah PBNU kuota 15 orang. Dan 15 orang tersebut yang kemudian menjadi pengurus pertama PCINU Maroko. Bertepatan kehadiran Mbah Moen ke sana 2011,” jelasnya.

Di samping kesuksesan lobi Kiai Said dengan adanya kuota khusus beasiswa bagi NU, lahirnya PCINU juga tak lepas dari peran serta Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Maroko H Tosari Wijaya. Ia juga merupakan sosok aktivis NU sejak mudanya. Ia pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) tahun 1970-an.

Berkat deklarasi dan doa yang dilakukan oleh Mbah Moen, PCINU Maroko semakin berkembang sampai saat ini. Saban tahun, NU mendapatkan 40 kuota beasiswa bagi para santri dan aktivis NU untuk studi di Negeri Maghrib itu. (Syakir NF/Fathoni)