Nasional

Wapres Sebut 3 Perintah Al-Qur’an yang Sangat Relevan bagi Bangsa Indonesia

Sabtu, 8 April 2023 | 16:30 WIB

Wapres Sebut 3 Perintah Al-Qur’an yang Sangat Relevan bagi Bangsa Indonesia

Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin. (Foto: Setwapres)

Jakarta, NU Online
Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin menyebut dan menjelaskan 3 perintah Al-Qur’an yang sangat relevan bagi bangsa Indonesia yang besar dan majemuk dalam memperkuat kerukunan antar umat beragama. Perintah Allah swt ini termaktub dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 114.


Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau  mendamaikan antar manusia yang berselisih,” demikian Wapres menerjemahkan ayat tersebut saat memberikan sambutan pada acara Peringatan Nuzulul Qur’an, 17 Ramadan 1444 H atau bertepatan dengan Jumat (7/4/2023) malam.


Dari ayat tersebut jelasnya, ada tiga perintah, yaitu (1) sedekah, (2) berbagi kebaikan, dan (3) mendamaikan antarumat manusia.


Wapres menjelaskan bahwa sedekah merupakan kebaikan menggunakan harta baik yang sifatnya sedekah wajib, seperti zakat maupun sedekah tathawu’, dan termasuk dalam kategori jalbul mashlahah.


Sementara perintah ma’ruf atau berbagi kebaikan secara umum bersifat non harta benda, termasuk nasihat, inisiatif, gagasan dan lain sebagainya yang juga dikategorikan dalam jalbul mashlahah.


Adapun perintah ketiga, yaitu mendamaikan antar manusia (islahin bainannas) bersifat daf’il madhor atau menghilangkan kemudaratan. “Perintah ketiga ini mengarahkan kita untuk mendamaikan antarmanusia, bukan hanya antar sesama umat Islam saja. Dalam pengertian ini juga upaya mencegah terjadinya konflik atau perselisihan dan menjaga kerukunan,” katanya.


Oleh karena itu, Kiai Ma’ruf menegaskan bahwa umat Islam diperintahkan untuk tidak saja mendamaikan antarsesama Muslim saja, melainkan juga antarumat manusia. “Adanya perbedaan di antara umat manusia merupakan keniscayaan sesuai dengan realitas kehidupan manusia,” ujarnya.


Lebih lanjut, Kiai Ma’ruf menjelaskan bahwa perintah melaksanakan kebaikan tersebut tidak lain karena sejalan dengan Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 104, “Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”


“Menurut para ulama yang disebut al khair (kebajikan) adalah segala sesuatu yang mendatangkan kemaslahatan (jalbul mashlahah) dan menghilangkan kemudaratan (daf’il madhor),” katanya.


Perintah ketiga pada ayat sebelumnya, yaitu mendamaikan antarumat manusia, menurut Kiai Ma’ruf, merupakan upaya preventif mencegah kemudaratan muncul yang juga bagian dari salah satu bentuk mewujudkan kebaikan.


Hal tersebut juga merupakan wujud dari pengejawantahan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, sebagaimana termaktub dalam Surat Al-Baqarah ayat 185, “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).”


“Petunjuk ada dua. Pertama petunjuk bersifat umum (hidayatul addillah) yang diberikan kepada seluruh manusia baik yang beriman maupun tidak beriman (hudan linnas). Kedua yaitu petunjuk ma’unah (hidayatul ma’unah) yang diberikan kepada orang-orang yang bertakwa seperti disebutkan dalam Al-Quran (hudan lil muttaqin),” pungkasnya.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin