Opini

Mengapa Kalender 1895 Sama Persis dengan 2019?

Rabu, 16 Januari 2019 | 04:33 WIB

Oleh Muh. Ma’rufin Sudibyo

Hari–hari ini ramai beredar dalam jagat maya tentang lembaran kalender 1895, yang sama persis dengan 2019. Yakni dalam hal hari untuk setiap tanggal didalamnya. Misalnya, 1 Januari 2019 dan 1 Januari 1895 ternyata sama-sama bertepatan dengan hari Selasa. Kesamaan ini memantik pertanyaan, bagaimana semua itu bisa terjadi?

Terdapat beraneka ragam kalender yang semuanya mengacu pada pergerakan benda–benda langit. Ada yang hanya mengacu ke Matahari, yang dikenal sebagai kalender Matahari (solar). Ada pula yang hanya mengacu ke Bulan, membuatnya dinamakan kalender Bulan (lunar). Sebaliknya ada pula yang mengacu pada Matahari dan Bulan sekaligus, yang disebut kalender lunisolar. Bahkan ada juga yang mengacu pada Matahari dan Zahara (Venus), misalnya kalender suku Maya.

Kalender Masehi merupakan kalender terpopuler pada masakini. Meski berakar sebagai kalender religi (yakni kalender Nasrani), namun dalam kurun satu seperempat abad terakhir terdapat upaya-upaya menjadikannya kalender sekuler. Di Eropa terdapat titimangsa CE (Common Era), yang ditransliterasikan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai TU (Tarikh Umum) menggantikan istilah M (Masehi).

Ini adalah substitusi bagi kosakata titimangsa AD (Anno Domini) yang dianggap kurang pas mengingat Nabi Isa AS lahir sebelum tahun 1. Titimangsa CE adalah tahun 1, 2, 3, dan seterusnya. Sebaliknya terdapat pula titimangsa BCE (Before Common Era), atau dalam Bahasa Indonesia menjadi STU (Sebelum Tarikh Umum) menggantikan SM (Sebelum Masehi).

Kalender Tarikh Umum merupakan sistem penanggalan Matahari dengan acuan pada gerak semu tahunan Matahari. Yakni dimana Matahari seolah-olah beringsut dari satu rasi ke rasi bintang berikutnya dalam lingkaran ekliptika sebagai akibat peredaran Bumi mengelilingi Matahari.

Tepatnya mengacu pada periode tropis Matahari, yaitu selang waktu yang dibutuhkan Matahari untuk bergerak semu dari sebuah titik Haml (vernal equinox) ke titik Haml yang sama berikutnya. Titik Haml adalah salah satu titik potong lingkaran ekliptika dan khatulistiwa langit. Ia mendapatkan namanya karena dahulu terletak di rasi al-Haml (Aries), meski pada masakini telah beringsut hingga berkedudukan di rasi al-Hut (Pisces) sebagai akibat gerak presesi sumbu rotasi Bumi. 

Periode tropis Matahari bernilai rata-rata 365 hari 5 jam 48 menit 45 detik, atau dalam bentuk desimal adalah 365,24219 hari. Maka setahun Tarikh Umum terdiri atas tahun basitah (berumur 365 hari) dan tahun kabisat (berumur 366 hari) yang disusun berdasarkan hisab 'urfi (tubular).

Karena siklus kabisat terjadi setiap 4 tahun sekali (kecuali bagi tahun abad) dan siklus mingguan terjadi setiap 7 hari sekali, maka kelipatan persekutuan terkecil antara 7 dan 4 adalah 28. Sehingga suatu kalender Tarikh Umum akan sama persis dengan kalender 28 tahun sebelumnya. Kecuali jika melintasi tahun abad. Ini menjadikan hari dan tanggal di tahun 2019 adalah sama persis dengan di tahun 1991, 1963, 1935 dan 1907.

Situasi berbeda terjadi manakala kita berhadapan dengan pergantian abad. Dapat dilihat bahwa hari dan tanggal di tahun 1907 ternyata tidak sama dengan 28 tahun sebelumnya (tahun 1879). Melainkan sama persis dengan tahun 1895. Dengan kata lain selisihnya hanyalah 12 tahun, bukannya 28 tahun. Meski demikian selisih 12 ini sejatinya masih mengacu ke bilangan 7 dan 4. Yakni berasal dari penjumlahan 7 dan 4 ditambahkan dengan 1. 

Ada aturan khusus bagi pergantian abad dimana tahun abadnya bukanlah tahun kabisat. Dalam kalender Tarikh Umum, tahun kabisat adalah bilangan tahun yang habis dibagi 4 kecuali tahun abad. Tahun abad adalah tahun-tahun yang menandai awal sebuah abad, misalnya tahun 1600, 1700, 1800 dan seterusnya. Dalam tahun abad berlaku aturan khusus, dimana ia akan menjadi tahun kabisat hanya bilamana habis dibagi 400. Karena itu tahun 1700, 1800 dan 1900 hanyalah tahun basitah. Sebaliknya tahun 2000 merupakan tahun kabisat.

Bilamana tahun abad bukanlah tahun kabisat, maka terdapat aturan khusus yang berlaku hingga 28 tahun berikutnya.Apabila tahun-tahun tersebut terletak di antara rentang tahun abad tersebut hingga 11 tahun berikutnya, maka selisihnya adalah 12. Sebaliknya apabila tahun-tahunnya terletak di antara 11 hingga 28 tahun terhitung dari tahun abad yang bukan kabisat, maka selisihnya menjadi 40 (yang berasal dari 28 ditambahkan dengan 12). Aturan khusus ini tidak berlaku bilamana tahun abad merupakan tahun kabisat. 

Mari kita lihat abad ke-20. Ia diawali dengan tahun 1900 yang adalah tahun abad bukan tahun kabisat. Dengan aturan khusus di atas, maka tahun 1901 hingga 1911 memiliki hari dan tanggal yang persis sama dengan 11 tahun sebelumnya, yakni tahun 1889 hingga tahun 1900.

Dengan aturan khusus yang sama, maka tahun 1912 hingga tahun 1928 memiliki hari dan tanggal yang persis sama dengan 40 tahun sebelumnya, yakni tahun 1872 hingga tahun 1888. Sebaliknya tahun 2000 yang mengawali abad ke-21 adalah tahun kabisat. Maka pola selisih 28 tahun tetap berlaku tanpa aturan khusus. Inilah yang membuat tahun 2001 hingga 2027 memiliki hari dan tanggal yang sama dengan tahun 1973 hingga 1999. Pola keteraturan semacam ini bermanfaat untuk membentuk apa yang kita kenal sebagai Kalender Abadi.


Penulis adalah Pengurus Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama