Warta

NU Diminta Redakan Ketegangan Di Sahara Barat

Sabtu, 19 Mei 2007 | 11:34 WIB

Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi muslim terbesar di dunia diminta turut ambil bagian dalam penyelesaian konflik di Sahara Barat, Maroko. Posisi NU yang netral dari kepentingan negara-negara Timur Tengah dan dengan faham keagamaannya yang moderat diharapkan dapat memberikan solusi terbaik.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi saat menghadiri acara Silaturahmi Kiai Pengasuh Pondok Pesantren dan Rapat Kerja Nasional Assosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia atau Robitoh Ma`ahid Islamiyah (RMI) di Asrama Haji, Pondok Gede Jakarta, Sabtu (19/5).

<>

"NU diminta untuk mengurangi konflik yang terjadi di Sahara Barat, syukur-syukur dengan datangnya NU bisa menyelesaikan masalah. Dikhawatirkan konflik diantara duaratus ribu penduduk muslim di sana bisa berdarah-darah," katanya.

Sahara Barat berada di bagian barat laut Afrika yang berbatasan dengan Aljazair dan Maroko. Saat ini Sahara Barat diduduki oleh Maroko, namun klaim ini tidak diakui secara global, dan kini para penduduk yang tergabung dalam organisasi pembebasan sedang berjuang untuk kemerdekaan daerah ini.

Malam ini Hasyim Muzadi akan bertolak ke Aljazair atas undangan beberapa perguruan tinggi Islam di sana. Menurutnya, konflik semakin meruncing karena melibatkan negara muslim Aljazair.

"Maroko bersikeras bahwa Sahara Barat berstatus otonom di bawah pemerintahan Maroko. Sementara Aljazair meminta diadakan referendum apakah memilih Maroko atau Independen," katanya.

Selain urusan Sahara Barat, kunjungan Hasyim ke Aljazair dimaksudkan untuk menjajaki kerjasama antara NU dengan negara itu dalam bidang pendidikan dan pertukaran mahasiswa.(nam)