Warta

PCNU Yogya-PP Lesbumi Gelar Festival Besar Seni Awal September

Sabtu, 11 Agustus 2007 | 04:45 WIB

Yogyakarta, NU Online
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Yogyakarta punya hajatan besar awal September mendatang. Kegiatannya bertajuk 'Festival Seni Berbasis Religi' (FSBR) dengan menghadirkan beragam pentas seni tradisional, sarasehan tentang budaya, spiritual dan kebangsaan, eksibisi seni beladiri, bazar produk pesantren dan UKM se-Yogyakarta, festival salawat, festival drum band, futsal bola api pesantren, pentas wayang simphoni, pengobatan tradisional dan serta mujahadah bersama warga Yogya.

Kegiatan akan berlangsung selama tiga hari hari (7-9 September 2007), dipusatkan di Alun-Alun Seletan Keraton Yogyakarta dengan nuansa lintas agama. Kepanitiannya melibatkan berbagai unsur penganut aga<>ma yang berbeda.

"Melalui festival ini, kami berusaha mengembalikan nilai luhur budaya dan agama sebagai alat pemersatu dalam konteks berbangsa dan bernegara, serta  mengembangkan sikap dan perilaku keberagamaan yang moderat, santun, beradab dan manusiawi," kata HA Taufiqurrohman, Ketua Panitia Pelaksana FSBR, kepada NU Online di Yogyakarta, Sabtu (11/8).
 
Taufiq menyebut, FSBR merupakan gelaran PCNU Kota Yogya bekerja sama dengan Pimpinan Pusat Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (PP. Lesbumi). Dalam kepanitian di Yogya melibatkan pula personel dari unsur Muhammadiyah, Katolik, Hindu, Budha dan lainnya. Karenanya, dalam festival nanti semuanya karya seni dari berbagai unsur akan dipentaskan.

Rencananya, pada hari pertama  Jumat (7/9) pembukaan festival seni akan dilakukan oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X dan pembukaan pameran UKM, kuliner dan pengobatan tradisional oleh Ketua DPR RI Agung Laksono. "Kami juga akan mengundang Menteri Pariwisata dan Kebudayaan pak Jero Wacik," sambung Taufiq.
 
Sejumlah kegiatan seni yang akan digelar, antara lain Tari Badui, Wayang Potehi, Gejog Lesung, Angguk, Laras Madya Nitikan (Muhammadiyah), orkes gambus Ponpes Sirojun Haramain. Sedangkan defile drum band dari TK Muhammadiyah I, TK Masyitoh I, SD Muhammadiyah I dan SD Ma'arif. Selain itu atraksi Barongsai dan Liong-liong, koor anak-anak lintas iman, geguritan, macapat, paduan suara, sendra tari.
 
Di samping itu akan digelar pula salawat Jawa, laras madya Gedong Kuning, gamelan Jawa, koor Gereja, tari Bali, gamelan Bali, Bhajan, tarian Taman Siswa, salawat dan wayang wahyu, dongeng anak dan dolanan anak.
 
"Tak kalah menarik dari kegiatan yang ada, kami juga akan menampilkan debus, pendak silat pagar nusa dan tapak suci. Mungkin yang bakal paling ramai ditonton atraksi futsal bola api," kata Taufiq.
 
Menurutnya, proses sosialisasi nilai agama melalui seni budaya tidak saja dapat menciptakan suasana damai dalam masyarakat, akan tetapi pendekatan seni budaya dalam agama telah melahirkan kesantunan, kelembutan, ketenangan batin serta harmoni di dalam masyarakat. Karena yang disentuh oleh seni budaya adalah dimensi batin atau rasa. Kesenian akan mengasah ketajaman batin dan rasa manusiawi sehingga lebih peka untuk menangkap essensi agama dan ke-Tuhan-an serta nilai kemanusiaan yang merupakan inti dialektika dari agama.
 
Potensi kesenian berbasis religi ini merupakan sesuatu yang sangat strategis untuk dikembangkan, tidak saja untuk membendung arus besar budaya populer yang cenderung 'anti agama', akan tetapi seni budaya berbasis religi ini juga diharapkan dapat meminimalisasi 'radikalisme' agama, yang menyebabkan timbulnya stigma negatif di kalangan agamawan dan masyarakat agama.

Di samping itu seni budaya berbasis religi ini sekaligus dapat di pakai sebagai 'ruang bermain' baru dalam melakukan kompetisi yang sehat untuk memajukan nilai-nilai universal agama seperti keadilan, kesetaraan dan demokrasi serta nilai-nilai kebangsaan.
 
Nahdlatul ulama sebagai ormas Islam yang tumbuh dan berkembang dalam suasana kebudayaan serta memilki kekayaan khazanah kebudayaan berbasis religi, merasa berkepentingan untuk ikut serta mengembalikan fungsi kebudayaan sebagai salah satu perekat silaturahmi kemasyarakatan dan kebangsaan.

"Dalam situasi saat ini, artipentingnya revitalisasi budaya berbasis agama adalah untuk menyeimbangkan kehidupan masyarakat dan dalam rangka ikut serta membangun solidaritas kebangsaan," kata Taufiq. (cdr/ron)