Warta

Indonesia Usulkan Tiga Langkah Penyelesaian Konflik Irak

Selasa, 3 April 2007 | 12:39 WIB

Bogor, NU Online
Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengusulkan tiga langkah penyelesaian konflik berkepanjangan antarsekte Islam di Irak. "Langkah pertama adalah rekonsiliasi nasional, jika itu tercapai, kemudian langkah kedua adalah penarikan pasukan koalisi AS (Amerika Serikat, Red) untuk digantikan dengan pasukan koalisi baru dari negara muslim dan ketiga adalah rekonstruksi."

Pernyataan itu disampaikan Presiden Yudhoyono saat membuka Konferensi Internasional Pemimpin Umat Islam bagi Rekonsiliasi Irak di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (3/4) sore.

<>

Dalam kesempatan itu Presiden Yudhoyono juga mengatakan bahwa para pemimpin umat Islam perlu mengambil peran yang lebih besar dalam penyelesaian konflik Irak.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

"Saat ini sebagian besar konflik dapat diselesaikan dengan `soft-power` (kekuatan lunak), `hard-power` (kekuatan keras) tidak lagi menyelesaikan permasalahan,... warga Irak memerlukan kenyamanan spiritual dan bimbingan dari pemimpinnya," kata Presiden.

Presiden menegaskan bahwa konflik di Irak saat ini adalah peperangan antara hati dan pikiran yang tidak dapat dimenangkan dengan senjata dan bom.

Menurut Presiden, para pemimpin umat Islam memiliki peran penting karena didengar oleh seluruh pengikutnya. "Banyak kasus konflik di masa lalu dapat terselesaikan karena keterlibatan para pemimpin umat," katanya.

Untuk mencapai perdamaian jangka panjang diperlukan suatu kekuatan spiritual yang kuat sehingga peran pemimpin umat sangat penting. Oleh karena itu, Presiden mengatakan, dalam pertemuan tersebut, para ulama dapat saling bertukar pikiran untuk menciptakan rekonsiliasi dengan pemaaafan sebagai dasarnya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

"Kita memerlukan inisiatif yang nyata bagi dialog persaudaraan menuju perdamaian,... kita ada di persimpangan, semua ini sekarang krusial dan penting," kata Presiden.

Presiden menegaskan bahwa kewajiban untuk menemukan cara guna menciptakan perdamaian di Irak adalah tanggung jawab semua umat Islam karena persaudaraan antarumat Islam tidak mengenal batas negara.

"Setiap muslim peduli dengan setiap kematian yang terjadi di Irak,...sebagai negara berpenduduk muslim besar Indonesia juga sangat peduli dengan itu," katanya.

Konflik sektarian di Irak yang terjadi pasca pendudukan AS pada 2003 telah mengakibatkan lebih dari 34 ribu warga Irak meninggal dan 37 ribu terluka serta 471 ribu tidak diketahui keberadaannya, hanya pada 2006. Aksi kekerasan yang terjadi telah mengikis tradisi toleransi beragama dan sikap saling menghormati.

Pertemuan Bogor, 3-4 April, melibatkan dua pihak kelompok Sunni dan Syiah se-dunia dari 9 negara, yaitu Iran, Irak, Mesir, Malaysia, Lebanon, Pakistan, Suriah, Turki, dan Indonesia. (mkf)


Terkait