Warta

Kang Said: Maraknya Aliran Sesat Akibat Orang Bicara di Luar Keahlian

Senin, 29 Oktober 2007 | 08:46 WIB

Kediri, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menilai, maraknya aliran sesat yang muncul belakangan ini akibat banyak orang bicara tentang agama di luar kemampuan dan keahliannya. Sehingga, yang terjadi malah menyesatkan pemahaman umat atas agama.

“Kalau Anda bukan ahli agama, tidak usahlah bicara agama, nanti malah tidak karu-karuan,” kata Kang Said—begitu panggilan akrabnya—pada acara Halal bi Halal Keluarga Besar Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Pondok Pusat LDII, Burengan, Kediri, Jawa Timur, Ahad (28/10) kemarin.<>

Dalam acara yang diikuti 10 ribu warga LDII itu, hadir pula sebagai pembicara, di antaranya, Ketua Umum DPP LDII KH Abdullah Syam dan Ketua Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur KH Abdusshomad Buchori.

Kang Said mengharapkan agar segala sesuatu diserahkan kepada ahlinya. Menurutnya, tidak bisa orang bicara tentang bidang yang tidak dikuasainya itu. Apalagi menyangkut masalah agama yang menjadi keyakinan seseorang.

“Sama seperti saya, tidak pernah mau kalau diminta bicara soal teknik, saya membatasi diri karena memang bukan bidang saya. Kalau saya yang bukan ahlinya ini disuruh memperbaiki computer, malah rusak semua,” terang alumnus Universitas Ummul Qurra’, Makkah itu.

Kang Said yang juga alumnus Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, itu menyebut ada kesamaan antara NU dan LDII. “Kalau NU mengatakan paham yang dianutnya adalah Ahlusunnah Wal Jamaah, LDII menyebut paham mereka ma ana alaihi waashabi (nukilan Hadis), yang artinya juga sama dengan Ahlussunnah Wal Jamaah,” ungkapnya.
 
Ia juga mengakui telah melihat kitab-kitab rujukan di perpustakaan LDII. Semuanya, lengkap. Tafsir dan Hadits-nya juga sama dengan yang dipakai Muslim yang lain. “Yang kurang itu kitab ahlak dan tasawuf,” tegasnya, seraya mengharapkan kitab-kitab tasawuf segera diajarkan di pondok itu. “Agar tidak eksklusif,” tandasnya.

Usai memberikan ceramah, Kang Said memberikan cindera mata sebuah buku tasawuf dan Tradisi NU kepada LDII. “Ini saya hadiahkan, silakan dibaca. Kalau cocok, ya dipakai, kalau tidak cocok, ya ditinggal saja, yang penting tahu isinya,”  kata mantan anggota Komnas HAM itu.

Sedangkan, LDII memberikan kenang-kenangan berupa buku-buku tentang LDII kepadanya.

Sementara, Ketua DPD LDII Jawa Timur, Chriswanto Santoso, menyatakan, maksud digelarnya acara itu untuk menyambung tali silaturahmi di antara sesama Muslim di Indonesia. “Kita layak merasa malu, karena umat Islam yang terbesar di negara ini belum bisa berbuat banyak untuk membenahi kondisi negara yang sedang rusak ini,” tuturnya. (sbh)


Terkait