Warta

Terlalu Berorientasi Fikih, Kesenian Berjarak dengan Pesantren

Sabtu, 14 Juli 2007 | 22:49 WIB

Pati, NU Online
Akibat terlalu berorientasi pada ilmu fikih dengan pencekatan yang cenderung hitam putih, kesenian saat ini mengalami jarak dalam kehidupan para santri di berbagi pesantren, padahal pada masa lalu seni dan sastra sangat dekat dengan pesantren.

“Pesantren dengan metode pengajaran menggunakan syiir, nadhoman, puji-pujian merupakan ekspresi seni, tapi sekarang telah mengalami penurunan,” tutur Zawawi Imron, dalam dialog Sastra dan Pesantren di Pati, Sabt<>u (14/7).

Dikatakannya, pada masa-masa pesantren dekat dengan ajaran tasawuf, berbagai bentuk kesenian dengan mudah dapat diakomodasi dan diterima. Melebihi aturan halal haram dalam fikih, tasawuf membuat ibadah menjadi lebih dalam dan bemakna dan diekpresikan dalam berbagai bentuk yang indah.

“Ditunjuknya bilal sebagai muazdin pada zaman Rasulullah menunjukkan unsur keindahan juga sangat dekat dengan ajaran Islam,” tuturnya.

Namun demikian, berkaitan dengan karya sastra, belakangan ini pesantren mengalami perkembangan yang luar biasa. Saat ini penerbit LKiS dan sejumlah penerbit lain yang memiliki orientasi yang sama telah memiliki divisi khusus yang menerbitkan karya para santri sehingga dalam satu tahun, bias diterbitkan puluhan karya sastra.

Untuk mengembangkan kesenian di berbagai daerah atau pesantren, Zawawi yang dikenal sebagai penyair Clurit Emas ini mengusulkan dibentuknya Dewan Kesenian yang mengadakan pertemuan rutin untuk membahas berbagai karya dari anggotanya yang bisa ditampilkan setiap pertemuan.

Saat ini ia juga merupakan salah satu pengajar di Ponpes Al Amin Prenduan dengan sanggar seninya yang memungkinkan para santri untuk mengekpresikan berbagai karya seni yang mereka hasilkan. (mkf)


Terkait