Daerah

Berkat Keistiqamahan Mbah Ali Maksum, Pesantren Krapyak Maju Pesat

Jumat, 16 Juni 2023 | 07:00 WIB

Berkat Keistiqamahan Mbah Ali Maksum, Pesantren Krapyak Maju Pesat

KH Habib A Syakur (kedua kiri) saat berbicara dalam sarasehan Ngaji Bareng Sanad & Terongan di Yayasan Yapira, Kreo, Kota Tangerang Banten, Rabu (14/6/2023) malam. (Foto: NU Online/Suhendra)

Tangerang, NU Online
Keistiqamahan KH Ali Maksum (Mbah Ali) dalam mengajar santri menjadi salah satu kunci kemajuan Pesantren Krapyak, Yogyakarta, saat ini. Dulu, santri Krapyak tidak banyak. Sekarang, Pesantren Krapyak tidak hanya memiliki santri ribuan, tapi juga banyak kemajuan lainnya.


Hal itu disampaikan KH Habib A Syakur, alumnus Pesantren Krapyak, dalam sarasehan Ngaji Bareng Sanad & Terongan di Yayasan Yapira, Kreo, Kota Tangerang Banten, Rabu (14/6/2023) malam.


“Saya jadi santri Krapyak sampai Mbah Ali wafat. Dulu, Pesantren Krapyak masih kecil. Sekarang, Pesantren Krapyak berkembang pesat. Angkatan saya saja hanya ada beberapa orang saja. Bahkan, ada 1 kelas hanya 3 orang,” kata Kiai Habib.


“Tapi, berkat keistiqamahan Mbah Ali, sekarang saya menyaksikan Pesantren Krapyak berkembang pesat,” sambung pengasuh Pesantren Al-Imdad, Bantul, Yogyakarta itu.


Kiai Habib menerangkan bahwa Mbah Ali itu sangat serius mendidik dirinya dan para santri. Mbah Ali jarang sekali meninggalkan jadwal mengajar santri. Walaupun Mbah Ali habis mengisi pengajian di luar dan pulang tengah malam, saat jadwal mengaji subuh Mbah Ali tetap mengajar santri.


“Saya dibentuk oleh Mbah Ali. Jiwa para santri dibentuk oleh Mbah Ali. Beliau sangat istiqamah, jarang sekali libur ngaji. Misalnya, Mbah Ali mengisi pengajian di luar. Pulangnya larut malam, tapi beliau tetap mengajar santri ba’da subuh. Saat Mbah Ali menjadi Rais Aam PBNU, beliau meminta maaf karena sering ke Jakarta,” tegas Kiai Habib.


Poin kedua yang ada pada sosok Mbah Ali itu adalah kreatif dan inovatif. Itu dibuktikan saat Mbah Ali melakukan pembenahan Pesantren Tremas, Jawa Timur. Di sana, beliau mengusulkan metode pembelajaran pesantren dengan sistem klasikal. Yakni, santri belajar dikelompokkan berdasarkan tingkatan kelas.


“Kedua, Mbah Ali itu kreatif-inovatif. Saat di Tremas, Mbah Ali mengusulkan model pembelajaran klasikal (model kelas-kelas) di Pondok Tremas. Selain itu, Mbah Ali memasukkan kitab-kitab yang tidak biasa, salah satunya kitab al-Qira'atur Rasyidah untuk dipelajari santri,” terang Ketua MUI Kabupaten Bantul Yogyakarta ini.


Kegiatan ini diadakan oleh perkumpulan alumni Pesantren Krapyak Jabodetabek yang bernama Sanad Krapyak. Untuk menjaga rabithah Krapyak, Sanad Krapyak kerap membuat kegiatan dengan menghadirkan para Kiai atau Ahlain Krapyak. Kegiatan itu dihadiri oleh alumni Krapyak Jabodetabek lintas angkatan.


Kontributor: Suhendra
Editor: Musthofa Asrori