Daerah

Dua 'Senjata' Kiai Mufid Mas'ud Pandanaran

Kamis, 9 September 2021 | 01:00 WIB

Dua 'Senjata' Kiai Mufid Mas'ud Pandanaran

Ijazah kubro Dalail Khairat di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Komplek 3 Putra, Selasa (6/9/2021). (Foto: Joko Susanto)

Yogyakarta, NU Online
Setiap ulama mempunyai amalan khusus atau awrad. Amalan ini tak jarang disebut sebagai 'senjata' karena digunakan untuk menyelesaikan berbagai problematika yang dihadapi umat. Tak terkecuali pendiri Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta, KH Mufid Mas’ud.

 

Disampaikan oleh KH Mu’tashim Billah, senjata dari KH Mufid Mas’ud yakni tilawatil quran dan shalawat. Karena itu, ia selalu berpesan kepada santri agar mengutamakan Al-Qur'an, bershalawat, selain memohon doa kepada kedua orang tua.

 

"Bershalawatlah sekuatmu. Puncaknya shalawat adalah Dalailul Khairat," jelas KH Mu’tashim Billah dalam acara ijazah kubro Dalail Khairat di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Komplek 3 Putra, Selasa (6/9/2021).


Ijazahandipimpin langsung KH Mu’tashim Billah berikut doa penutup. Sebelum itu, acara dibuka dengan pembacaan kitab Dalailul Khairat dipimpin KH Arif Hakim (Gus Arif), cucu dari putra pertama KH Mufid Mas’ud.


Di sela-sela acara, Gus Arif berpesan agar Kitab Dalail Khairat ini dibaca sepekan sekali khatam, atau satu bulan, atau setahun, atau paling tidak seumur hidup khatam sekali.


"Dalam membacanya juga dipahami maksudnya, supaya tambah mahabbah (cinta) kepada Nabi Muhammad," terangnya.


KH Mustahim Billah mengatakan Al-Qur'an dan Dalailul Khairat tidak bisa dilepaskan dari sosok KH Mufid Mas'ud. Dalam berbagai kesempatan, ia menekankan secara eksplisit bahwa dalam menjalani kehidupan. 


"Al-Qur'an menjadi senjata di tangan kiri. Kalimat tersebut menjadi kiasan bahwa keduanya harus dipegang teguh; dipelajari dari guru yang sanad-nya berkesinambungan sampai kepada Nabi Muhammad saw dan diamalkan semaksimal mungkin," jelasnya.


Berdasarkan Kitab Dalailul Khairat edisi cetakan PPSPA, KH Mufid Mas'ud menghafalkan Al-Qur'an kepada KH Abdul Qodir Munawwir, KH Muntaha dan KH Dimyati (Comal). Ia juga menerapkan dawuh dari KH Mukhlash (Pemalang) bahwa seorang penghafal Al-Qur'an harus memperbanyak bacaan shalawat.

 

Sanad
Sanad lengkap Dalailul Khairat KH Mufid Mas'ud adalah KH Ma'ruf dari KH Abdul Mu'id dari KH Muhammad Idris dari Sayyid Muhammad bin Ahmad al-Maghriby dari Sayyid Muhammad bin Ahmad bin Ahmad al-Mutsana dari Sayyid Ahmad bin al-Hajj dari Sayyid Abdul Qodir al-Fasiy dari Sayyid Ahmad al-Muqri dari Sayyid Ahmad bin Abbas ash-Shum'i dari Sayyid Ahmad Musa as-Simlaliy dari Sayyid Abdul Aziz at-Tiba'i dari Sayyid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli (penulis kitab Dalailul Khairat).


Diceritakan KH Mufid Mas’ud tidak meraih kesuksesan tanpa kerja keras semasa kecil. Ia adalah orang tak berpunya, bukan dari kalangan pesantren. Iai adalah anak dari seorang buruh batik. Kiai Mufid Mas’ud kecil selalu nderek dan tak pernah mempunyai uang saku semasa menghafalkan Al-Qur'an.

 

Berdiri, tumbuh dan besarnya Pesantren Sunan Pandanaran tak lepas dari usaha dan riyadhah KH Mufid Mas’ud yang seolah 'berdialog' dengan Allah swt lewat Al-Qur'an dan Nabi Muhammad saw melalui Dalailul Khairat

 

Kontributor: Joko Susanto
Editor: Kendi Setiawan