Daerah

Muslimat NU Pelopor Utama Membumikan Dakwah Aswaja 

Senin, 9 September 2019 | 21:30 WIB

Muslimat NU Pelopor Utama Membumikan Dakwah Aswaja 

Pelatihan Kader Aswaja Pimpinan Cabang Muslimat NU Jakarta Pusat, Senin (9/9).

Jakarta, NU Online
Muslimat NU adalah salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama yang paling aktif berkegiatan. Organisasi yang dikelola kaum ibu ini memang sangat masif melakukan kegiatan, terutama dalam melakukan pengajian.
 
"Namun untuk menghadapi era saat ini, perlu adanya upgrading, inovasi dan adaptasi, terutama peningkatan kapasitas pada pengurus-pengurus Muslimat NU dari bawah,” ungkap Ketua Pimpinan Wilayah Muslimat NU DKI Jakarta Hj Hizbiyah Rochim saat memberikan sambutan pada acara Pelatihan Kader Aswaja Pimpinan Cabang Muslimat NU Jakarta Pusat, Senin (9/9).
 
Menurutnya, Muslimat NU sudah saatnya mengevaluasi dan berbenah. "Karena kita kurang aktif ke bawah, kurang aktif berdakwah, kurang pendekatan dengan masyarakat di bawah, sehingga anggota Muslimat kita direkrut ke mana-mana. Dakwah zaman now memang harus digencarkan dari bawah. Sudah saatnya seluruh pengurus cabang mengambil andil dalam menghidupkan pengajian-pengajian," katanya.
 
Hj Hisbiyah mengungkapkan bahwa dirinya sangat bahagia dan senang melihat para ibu-ibu memakai jilbab serba hijau, karena menunjukkan sebuah kehidupan yang penuh dengan rasa optimis. Rasa optimis untuk membumikan dakwah Ahlussunnah wal Jamaah Annahdliyah.
 
"Setelah dari sini mari bersama kita cancut taliwondo ke pengajian-pengajian, kita sisir dan hidupkan dari paling bawah, kita isi dengan penguatan ke-Aswaja-an dan ke-NU-an. Selain itu kita ajak seluruh pengurus dan anggota Muslimat NU untuk merujuk terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)," paparnya dalam kegiatan yang bertempat di Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Pusat. 
 
Istilah cancut taliwondo, lanjutnya, memiliki arti bersegera berangkat mengerjakan tugas atau kerja keras. Secara filosofis, cancut taliwondo memiliki makna ikut bekerja sama dengan segenap kemampuan yang dimiliki, dan tidak hanya berpangku tangan. 
 
Dalam berorganisasi ada beberapa hal yang menjadi tujuan mulia, salah satunya ialah mengabdi. "Mengabdi untuk meneruskan para ulama, bukan untuk mencari kedudukan, bukan mencari sesuatu tetapi semata-mata untuk pengabdian. Dan, arti pengabdian itu adalah niat dengan baik dan ikhlas," jelasnya.

Selain itu, Hj Hisbiyah mengajak seluruh anggota Muslimat NU agar cerdas dalam memilih guru atau kiai, jangan terpengaruh oleh orang-orang yang beragama secara radikal.Menurutnya sudah banyak orang-orang yang mudah tersulut emosi, bahkan ada anggota Muslimat NU yang ikut terpengaruh dari beberapa majelis taklim yang guru atau kiainya tidak jelas asal usulnya.
 
"Harus tahu siapa gurunya, baik ustadz maupun ustadzahnya, apakah sejalan dengan kita, apakah dia ber-Ahlussunnah wal Jamaah. Kalau tidak, lebih baik kita cari yang sejalan dengan kita semuanya yaitu dari ustadz atau ustadzah Muslimat NU atau dari Nahdlatul Ulama," paparnya.
 
Pelatihan yang berlangsung selama dua hari tersebut dihadiri oleh seluruh pengurus dan anggota Muslimat NU Jakarta Pusat, dan berikutnya akan menyisir pada seluruh Pimpinan Cabang Muslimat NU di DKI Jakarta.
 
Kontributor: Anty Husnawati
Editor: Kendi Setiawan