Energi Hijau dan Agrikultur Antarkan Chili Tak Lagi Sepenuhnya Bergantung pada Tembaga
NU Online · Jumat, 20 Juni 2025 | 17:00 WIB

Energi hijau dan agrikultur dikembangkan Chili sebagai peralihan dari tambang tembaga, (Foto: NU Online/Freepik)
Afrilia Tristara
Kontributor
Jakarta, NU Online
Chili, negara pengekspor tembaga terbesar di dunia, perlahan tapi pasti mulai mengurangi ketergantungannya pada sektor pertambangan. Pada 2010, tembaga menyumbang 60 persen dari total ekspor negara itu. Namun, pada 2023, angka itu turun menjadi 45 persen, berkat pertumbuhan pesat sektor energi terbarukan dan agrikultur.
Data dari Tradeimex menunjukkan bahwa ekspor tembaga Chili pada 2023 mencapai 20,41 miliar Dolar Amerika, turun 5 persen dari tahun sebelumnya. Sementara itu, selain proyek energi hijau, ekspor buah-buahan seperti anggur, alpukat, dan produk pertanian lainnya terus meningkat, mencapai 3,53 miliar Dolar Amerika pada kuartal pertama 2024.
Industri hijau dari Gurun Atacama ke Ladang Angin Patagonia
Baca Juga
Raja Maroko Bangun Masjid di Chili
Chili memiliki keunggulan geografis yang luar biasa untuk energi terbarukan dengan adanya Gurun Atacama, tempat radiasi matahari tertinggi di dunia, dan wilayah Patagonia dengan angin berkecepatan tinggi. Dengan bentang alamnya yang kaya akan sumber energi alternatif, hingga tahun 2014 Chili hanya sedikit memanfaatkan tenaga angin dan matahari sebagai sumber pasokan energi negara.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Chili mulai meninggalkan bahan bakar fosil dan memanfaatkan potensi energi hijau sebagai strategi diversifikasi pendapatan negara untuk beralih dari industri ekstraktif.
Menteri Energi Chili Diego Pardow Lorenzo menyebut kekayaan alam Chili memberikan kondisi ideal untuk pengembangan energi hijau.
“Negara kita memiliki keunggulan komparatif yang unik. Pertama, lingkungan alam kita. Angin di Chili bagian selatan dan radiasi matahari di Gurun Atacama melampaui tempat lain di dunia, sehingga menyediakan kondisi ideal untuk pembangkitan energi melalui pembangkit listrik tenaga angin dan surya yang tidak dapat ditiru di tempat lain,” ujar Lorenzo dalam kata sambutannya pada Green Hydrogen Action Plan 2023-2030.
Ia menyatakan komitmen jangka panjang negara dan kerja sama dengan masyarakat juga menjadi parameter berpengaruh dalam transformasi energi menuju industri hijau sebagai sumber energi utama.
“Keunggulan kedua yang dimiliki Chili adalah komitmen kelembagaan jangka panjang terhadap perubahan iklim yang memungkinkan seluruh negara untuk mendorong penerapan industri ini, dengan menghormati lingkungan dan berkoordinasi dengan masyarakat setempat.” jelasnya.
Menurutnya, kedua keuntungan ini sangat penting bagi Chili untuk menjadi pemimpin dunia dalam produksi bahan bakar bersih. Negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Australia telah mulai menunjukkan strategi mereka. Untuk bisa berkompetisi, Pemerintah Chili menyusun strategi dengan jalur kelembagaan yang aman yang berlandaskan pada aturan yang mengatur perdagangan internasional.
Di mulai pada pertengahan 2021, Cerro Dominador mulai beroperasi di Gurun Atacama sebagai salah satu pembangkit listrik tenaga surya (fotovoltaik) terbesar di Amerika Latin. Jurnal Photovoltaic Power Resource at the Atacama Desert under Climate Change menyebutkan bahwa Gurun Atacama dengan luas 105.000 km² adalah salah satu tempat terkering di dunia yang juga menjadi tempat iradiasi tahunan melebihi 2.500 kWh/m.
Karakteristik tersebut menunjukkan Atacama memiliki kondisi yang luar biasa untuk menghasilkan tenaga surya. Saat ini, kapasitas terpasang tenaga surya yang efektif terpasang di wilayah ini mewakili 92,9 persen dari total kapasitas terpasang di Chili (4.150 MW).
Hasilnya, pada 2023, 48 persen listrik nasional Chili sudah berasal dari sumber energi terbarukan. Pemerintah Chili bahkan menargetkan 70 persen pada 2030 dan netral karbon pada 2050.
Profesor teknik di Departemen Teknik Elektro di Universitas Katolik Chili Alvaro Lorca menyebut upaya pemerintah untuk sepenuhnya beralih dari bahan bakar fosil pada tahun 2040 bukan hal yang mustahil karena tenaga surya potensial untuk menggantikan energi tersebut.
“Semuanya mengarah pada fakta bahwa sumber energi ini dapat digantikan oleh tenaga surya. Saat ini, sumber energi ini sudah kompetitif di pasaran,” ujar Lorca dikutip dari El Pais.
Sementara itu, wilayah ladang angin raksasa Patagonia yang berada di antara Chili dan Argentina dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga angin dan hidro.
Magallanes yang berada di selatan Patagonia dan Antartika Chili memiliki potensi yang sangat tinggi untuk produksi energi terbarukan dan turunan hidrogen, berkat karakteristik tenaga anginnya dan kedekatannya dengan Selat Magellan.
Proyek yang disebut H2 Magallanes ini bertujuan untuk menciptakan hidrogen dan amonia hijau sebagai upaya dekarbonisasi bumi. Bahan bakunya adalah nitrogen yang diambil dari udara dan hidrogen hijau yang diproduksi melalui energi angin dan air laut yang didesalinasi dan didemineralisasi.
Produk yang dihasilkan akan diekspor melalui laut dari Magallanes ke berbagai belahan dunia, yang secara aktif berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon global dan mendukung transisi global menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Namun, pengembangan energi surya dan angin menimbulkan tantangan tersendiri. Analis Badan Energi Internasional Chili Javier Jorquera Copier menjelaskan bahwa produksi listrik dari daerah yang cerah dan berangin ke tempat-tempat yang permintaan energinya paling tinggi masih belum bisa tersalurkan dengan maksimal.
“Pembangkit listrik tenaga surya fotovoltaik di utara belum mampu memompa listrik ke dalam sistem pada potensi maksimum, karena kurangnya kapasitas transmisi. Lambatnya perluasan infrastruktur tersebut telah menyebabkan penundaan dalam proyek-proyek di masa lalu dan dapat memperlambat laju perluasan dalam waktu dekat,” kata Jorquera melansir El Pais.
Ekspor buah hingga produk pangan premium
Sementara energi hijau berkembang pesat, sektor agrikultur juga tak kalah transformatif. Chili mengembangkan sektor agrikultur bernilai tambah. Negara ini tidak hanya mengekspor buah mentah seperti anggur, apel, ceri, dan bluberi, tetapi juga mengolahnya menjadi produk premium.
Dalam Production Transformation Policy Review of Chile disebutkan secara keseluruhan, industri-industri ini menyumbang 8 persen dari PDB Chili, menyumbang lebih dari 20 persen dari ekspor domestik, dan mempekerjakan 17 persen dari tenaga kerja nasional. Industri makanan dan minuman menyumbang hampir 40 persen dari total nilai tambah manufaktur nasional. Kegiatan terkait agro-pangan sebagian besar terkonsentrasi di Lembah Tengah.
Selain itu, strategi "Chile Natural" yang digaungkan sejak 2015 berhasil menembus pasar global yang kompetitif. Anggur premium dari Lembah Maipo dan buah-buahan organik dengan sertifikasi GlobalG.A.P. menjadi duta ekonomi baru Chili di panggung dunia.
Keberhasilan Chili tidak lepas dari kebijakan yang konsisten. Reformasi royalti tambang yang dimulai pada 2014 mengalokasikan dana untuk inovasi di sektor non-tambang. Selain itu, sistem lelang energi terbarukan menarik investor global untuk menanamkan modalnya dengan tetap mempertahankan kendali lokal.
Chili juga menghadapi tantangan dalam upayanya untuk tidak lagi bergantung pada industri ekstraktif. Pembangunan energi hijau masih terkonsentrasi di wilayah tertentu, sementara masyarakat adat seperti suku Mapuche kerap merasa terpinggirkan oleh proyek-proyek besar. Misalnya, pada pembangunan dam sungai San Pedro tahun 2018 sebagaimana dilansir National Geographic. Perlu ada regulasi proyek strategis nasional yang tepat agar hak masyarakat adat tetap diprioritaskan dan tidak diabaikan.
Chili membuktikan bahwa transisi dari ekonomi berbasis tambang ke sektor berkelanjutan bukanlah hal mustahil. Kuncinya adalah komitmen politik jangka panjang, pemanfaatan keunggulan alam, dan kebijakan inklusif yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Inilah Obat bagi Jiwa yang Hampa dan Kering
2
Khutbah Jumat: Bahaya Tamak dan Keutamaan Mensyukuri Nikmat
3
Khutbah Jumat: Belajar dari Pohon Kurma dan Kelapa untuk Jadi Muslim Kuat dan Bermanfaat
4
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
5
Kontroversi MAN 1 Tegal: Keluarkan Siswi Juara Renang dari Sekolah
6
Ekologi vs Ekstraksi: Beberapa Putusan Munas NU untuk Lindungi Alam
Terkini
Lihat Semua