Nasional

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat untuk Masa Depan Indonesia Emas 2045

NU Online  ·  Selasa, 12 Agustus 2025 | 17:30 WIB

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat untuk Masa Depan Indonesia Emas 2045

Sejumlah murid tengah menerapkan Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (KAIH). (Foto: Kemendikdasmen)

Jakarta, NU Online

Indonesia Emas 2045 menjadi cita yang harus digapai bangsa dan negara. Menuju ke sana, penguatan karakter menjadi domain yang perlu diutamakan dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak saja menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga mencakup keluarga dan masyarakat, serta media sebagai catur pusat pendidikan.


Karenanya, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menekankan pelaksanaan Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (KAIH) secara menyeluruh dan berkelanjutan. Gerakan ini merupakan komitmen bersama untuk mewujudkan anak-anak Indonesia sesuai cita-cita pendiri bangsa dan Indonesia Emas 2045.


“Ini adalah bagian dari kebijakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah yang kita harapkan dapat membentuk anak Indonesia menjadi anak-anak yang hebat, cerdas, sehat, berkarakter, berakhlak mulia, terampil, dan memiliki dedikasi kepada bangsa dan negara. Mereka adalah generasi yang nanti akan memimpin Indonesia menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Mendikdasmen Abdul Mu'ti sebagaimana dilansir situsweb Kemendikdasmen.


Sebagaimana diketahui, tujuh KAIH itu meliputi (1) bangun pagi, (2) beribadah, (3) berolahraga, (4) makan sehat dan bergizi, (5) gemar belajar, (6) bermasyarakat, dan (7) tidur cepat.


Gerakan Tujuh KAIH ini dirancang untuk diimplementasikan melalui empat pusat pendidikan atau dikenal dengan Catur Pusat Pendidikan, yaitu sekolah, keluarga (orang tua), masyarakat, dan media. Kemendikdasmen mengeluarkan buku panduan khusus untuk dapat menggerakkan Tujuh KAIH tersebut


Dengan kehadiran buku itu, diharapkan para guru dan tenaga kependidikan menerapkan gerakan ini di lingkungan sekolah, sedangkan orang tua memainkan peran penting dalam membiasakan kebiasaan tersebut di rumah. Dukungan masyarakat dan semua pihak diperlukan guna menciptakan lingkungan sosial yang positif dan media menjadi mitra strategis dalam menyosialisasikan nilai-nilai gerakan ini secara luas.


“Diluncurkannya Buku Panduan Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat ini diharapkan dapat menjadi bagian dari upaya untuk membangun budaya hidup sehat, budaya belajar yang konstruktif, dan membentuk generasi bangsa yang berkarakter, berkepribadian Indonesia, serta memiliki akhlak yang mulia,” kata Mendikdasmen.


Buku Panduan Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat menjadi langkah strategis dalam memperkuat pendidikan karakter anak-anak Indonesia. Dengan dukungan seluruh ekosistem pendidikan, gerakan ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan membentuk generasi penerus bangsa yang memiliki karakter unggul.


Buku Panduan Gerakan Tujuh KAIH tersedia untuk berbagai jenjang pendidikan, mulai dari PAUD, SD, SMP, hingga SMA/SMK, serta juga terdapat buku panduan khusus bagi orang tua. Panduan ini dapat diakses secara daring melalui laman resmi cerdasberkarakter.kemendikdasmen.go.id/gerakan7kebiasaan.


Implementasi

Sementara itu, Kepala SMP Negeri 41 Jakarta Metrin Evivi mengungkapkan bahwa sekolahnya telah mengintegrasikan Gerakan Tujuh KAIH dalam berbagai kegiatan dan pembiasaan harian. Kegiatan tersebut meliputi pembiasaan budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) di sekolah, upacara setiap hari Senin, ibadah pagi pada hari Selasa dan Kamis, dan kegiatan Pagi Ceria pada hari Rabu.


“Kami membuat banner yang ditempel di kelas, untuk mengingatkan anak-anak tentang gerakan ini. Di awal semester genap, kami mengadakan rapat dengan orang tua murid dan menyampaikan terkait 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat sebagai hal yang harus dibiasakan untuk anak-anak kita. Ketika mengajar di kelas, Bapak/Ibu guru pun selalu melakukan refleksi kebiasaan itu kepada anak-anak,” jelas Metrin.


Jasmin Bintang Maharani, salah satu siswa SMP Negeri 41 Jakarta, turut merasakan dampak positif dari gerakan Tujuh KAIH dan berbagai pembiasaan di sekolahnya.


“Menurut saya, dampaknya sangat positif dan besar, karena dengan kegiatan-kegiatan sekolah yang seperti itu, membuat kita merasa nyaman dan senang berada di sekolah, serta lebih akrab dengan teman-teman yang lain,” ungkap Jasmin.


Berbeda dengan itu, Kepala SMAN 13 Pekanbaru Benny Rio Denaldy menerapkan “Jeda Ceria”, yakni kegiatan ice breaking dengan gerakan fisik ringan yang dilakukan di sela-sela pembelajaran. Program ini terbukti efektif menjaga semangat belajar, meningkatkan konsentrasi, dan membangun kebiasaan hidup aktif.


“Suasana kelas jadi lebih hidup, murid lebih antusias, dan proses belajar menjadi jauh lebih efektif,” tambah Benny.


Tidak hanya itu, SMAN 13 Pekanbaru juga mengintegrasikan Tujuh KAIH ke dalam kegiatan harian sekolah. Nilai-nilai karakter ditanamkan melalui pembelajaran lintas mata pelajaran, keteladanan guru, hingga kegiatan ekstrakurikuler yang melibatkan orang tua.


“Kami ingin melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kuat secara karakter dan siap menjadi agen perubahan di masyarakat,” tegasnya.


Senada, Kepala SDN 36 Pekanbaru Dewi Sasmita mengungkapkan bahwa Senam Anak Indonesia Hebat dan aktivitas Jeda Ceria juga menjadi bagian dari aktivitas harian di sekolahnya. Aktivitas yang dirancang untuk menciptakan waktu jeda yang aktif, menyenangkan, serta membangun fokus dan semangat belajar bagi para murid.


“Guru dan tenaga kependidikan kami berperan sebagai fasilitator yang mendorong partisipasi murid dalam aktivitas positif dan menyenangkan seperti Senam Anak Indonesia Hebat dan Jeda Ceria,” kata Dewi.


Dewi juga menyampaikan bahwa integrasi Tujuh KAIH dilakukan melalui pembiasaan harian, literasi pagi, upacara bendera, kegiatan kokurikuler, dan intrakurikuler. Guru juga ditunjuk sebagai role model dalam sikap jujur, disiplin, dan bertanggung jawab. Sebagai bentuk sinergi antara rumah dan sekolah, SDN 36 Pekanbaru juga menjalankan program “Sekolah Sahabat Keluarga”, yang melibatkan orang tua secara aktif dalam mendukung pembentukan karakter anak.


“Kami percaya bahwa pendidikan karakter tidak bisa hanya saat di sekolah. Maka itu, pelibatan orang tua sangat penting untuk menjaga kesinambungan nilai-nilai baik antara rumah dan sekolah,” ucap Dewi.


Evaluasi

Gerakan ini juga perlu terus untuk ditingkatkan melalui evaluasi atas penerapannya. Evaluasi ini dilakukan melalui instrumen yang telah disiapkan Kemendikdasmen berdasarkan kondisi nyata di satuan pendidikan, yang menekankan pada pembentukan karakter siswa melalui kebiasaan positif sehari-hari. Melalui pendekatan ini, diharapkan lahir generasi muda yang berakhlak mulia, disiplin, mandiri, dan memiliki integritas tinggi.


Widyaprada Ahli Utama Khamim mengatakan “Kegiatan ini merupakan langkah awal yang strategis dalam menyamakan persepsi di satuan Pendidikan agar mampu mengisi instrumen yang benar dan komperhensif sehingga memahami maksud dan tujuan, menguasai teknik pengisian sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Harapan kami nantinya bisa menjadikan hasil evaluasi ini sebagai dasar pembiasaan karakter yang lebih baik,” ujar Khamim secara daring melalui YouTube Direktorat Sekolah Dasar. 


Ia juga menambahkan dalam mewujudkan pembentukan karakter yang utuh dan berkelanjutan, diperlukan sinergi dari Catur Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, dan media. Dalam Upaya pemetaan dan evaluasi dan pemetaan Direktorat Sekolah Dasar berencana untuk mengambil data awal instrumen sebagai titik awal evaluasi pembiasaan sebanyak 149.000 satuan pendidikan di seluruh Indonesia.


“Hasil evaluasi ini akan menjadi dasar perencanaan program yang lebih baik dan lebih terinternalisasi di satuan Pendidikan,” ungkapnya.


Analis Kebijakan Pusat Penguatan Karakter Kadek Jeny sebagai narasumber webinar menjelaskan bahwa pelaksanaan evaluasi awal penguatan pendidikan karakter melalui pembiasaan di satuan Pendidikan mengukur Tingkat implementasi Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, Pertemuan Pagi Ceria, dan Kepanduan dan Ekstrakurikuler.


“Pertemuan Pagi Ceria terdiri dari melaksanakan Senam Pagi Anak Indonesia Hebat, Menyanyikan Lagu Indonesia Raya, dan Berdoa sesuai keyakinan,” ujar Jeny.


Ketua Tim Kerja Peserta Didik Direktorat SD Minhajul Ngabidin mengatakan bentuk instrumen pemantauan 7 KAIH berupa catatan harian kolom yang nantinya akan diisi peserta didik, orang tua, dan guru dan dilanjutkan menjadi rekapitulasi catatan harian kelas hingga ke rekapitulasi catatan harian satuan pendidikan.


Dukungan juga disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Erisman Yahya, menuturkan bahwa penguatan karakter melalui program yang dicanangkan oleh Kemendikdasmen menjadi upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui transformasi pendidikan yang lebih baik.


“Kami turut serta mendukung program-program Kemendikdasmen, dari program 7 KAIH dapat menguatkan karakter murid seperti peningkatan disiplin, tanggung jawab, dan empati kepada sekitarnya.” ucap Erisman.


“Jeda Ceria juga dapat membantu mengelola emosi murid, mengurangi stres sehingga dapat lebih rileks dalam belajar, dan meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih fokus serta konsentrasi selama di dalam kelas,” pungkas Erisman.