Nasional

Gus Baha: Banyak Tertawa Mematikan Hati, Banyak Cemberut Bisa Frustrasi

Selasa, 9 Agustus 2022 | 09:00 WIB

Gus Baha: Banyak Tertawa Mematikan Hati, Banyak Cemberut Bisa Frustrasi

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nur Salim (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nur Salim menyampaikan bahwa di antara umat pilihannya Nabi Muhammad saw adalah sebuah kaum yang gemar tertawa keras.


"Di antara nanti umat pilihanku orang yang tertawa keras sekali," ujarnya saat Dauroh Ilmiyah Merawat Tradisi Sanad Keilmuan Ulama Nusantara di Yayasan Al-Fachriyah, Tangerang, Banten, Senin (8/8/2022). 


Padahal, lanjut kiai yang akrab disapa Gus Baha itu, ada satu riwayat yang menyebutkan bahwa banyak tertawa dapat mematikan hati. "Banyak tertawa itu mematikan hati. Tapi itu juga dilawan kalau banyak cemberut bisa frustrasi," katanya. 


Lebih lanjut, Gus Baha menjelaskan bahwa ada seorang mufassir (ahli tafsir) yang menafsirkan, bahwa Allah itu Dzat yang memberi kamu tertawa dan memberi kamu tangis. "Sekalipun kamu susah, kalau Allah menghendaki tertawa ya tertawa saja. Ada orang miskin yang sebetulnya hendak frustrasi, tetapi lihat badut jadi tertawa. Ya karena membuat orang tertawa itu pekerjaannya Allah. Kalau Allah menghendaki mau apa," katanya.


"Orang yang senang bukan kepalang, tetapi kalau Allah menghendaki dinangiskan ya menangis," lanjutnya.


Di situlah, kata Gus Baha, pentingnya bersanad dalam segala aspek kehidupan. Bahwa semua sikap dalam menjalani kehidupan ini memiliki pijakan atau dasar referensi yang kuat. "Supaya Islam ini meskipun keseharian itu ada sanad. Itu saja kepentingan saya," tegasnya. 


Lebih jauh, Gus Baha menjelaskan bahwa bagian dari sunnah adalah memakan apa yang ada di bumi sendiri. Tak ayal, ada seseorang yang meminta anaknya untuk ditahnik, tetapi tidak ada kurma. Gus Baha pun menggunakan kelapa muda. Orang tersebut protes, bahwa para kiai biasanya menggunakan kurma. Namun, Gus Baha menyangkal, bahwa kurma adalah makanan yang manis, pun kelapa juga demikian. "Kurma itu halawiyat (makanan manis). Degan (kelapa muda) juga halawiyat. Ya sudah," katanya.


"Rasulullah tuh hadir di semua sisi kehidupan kita," ujar Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Lembaga Pendidikan Pengembang Ilmu Al-Qur’an (LP3IA) Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah itu.


Pun dalam berpakaian seperti orang Indonesia, seperti dirinya juga merupakan sunnah. "Perasaan orang Indonesia ketika berpakaian seperti saya tetap terhubung oleh Rasulullah saw," katanya.


Sebab, Islam itu sejak dahulu dimaklumatkan bukan hanya untuk orang Arab, melainkan untuk semesta alam. Karenanya, mengutip dawuh (perkataan) KH Maimoen Zubair, Gus Baha mengatakan bahwa orang Jawa harus ada yang alim. Dulu juga ada ahli nahwu dari Persia, yaitu Imam Sibawaih. Pun Imam Ghazali yang berjuluk Hujjatul Islam itu bukanlah orang Arab.


"Allah ingin memaklumatkan agama Islam ini kaffatan linnas (untuk semua manusia). Bukan Arab saja," kata kiai yang hafal Al-Qur’an itu.


Bukan hanya itu, ada juga seorang ulama hadits yang bukan orang Arab, yaitu Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardazbah atau yang dikenal Imam Bukhari. Mbah Maimoen, kembali Gus Baha mengutip pandangan gurunya, sembari guyon menyampaikan bahwa Bardazbah jika dalam konteks Jawa itu ya sama dengan Parmin atau Parlan.


"Tetapi punya cucu alim allamah namanya Imam Bukhari," terang Gus Baha.


"Artinya kita sepakat menghormati nasab. Para habib mengakui Imam Bukhari. Sehingga memang tidak ada masalah," katanya.


Di kitab Sayyid Muhammad juga disebutkan, bahwa ulama Makkah itu banyak mengambil sanad dari India dari beragam suku.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan