Nasional HARLAH KE-99 NU

Peletakan Batu Pertama UNU Sumsel Tandai Harlah Ke-99 NU Wilayah Barat

Kamis, 3 Maret 2022 | 21:45 WIB

Peletakan Batu Pertama UNU Sumsel Tandai Harlah Ke-99 NU Wilayah Barat

Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf meletakkan batu pertama pembangunan UNU Sumsel di Palembang. (Foto: NU Online/Suci)

Palembang, NU Online 
Para pekerja tampak merapikan lahan sebelum dimulai acara peletakan batu pertama pembangunan gedung Universitas Nahdlatul Ulama Sumatra Selatan (UNU Sumsel), Kamis (3/3/2022) sore. Karangan bunga bertabur ucapan selamat berjejer di sepanjang pintu selamat datang di Pesantren Ar-Rahman Tegal Binangun, Desa Plaju Darat, Kota Palembang.


Sekira pukul 14.00 WIB, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Yahya Cholil Staquf, bersama rombongan tiba di lokasi peletakan batu pertama pembangunan UNU Sumsel di kompleks Pesantren Ar-Rahman Kota Palembang, Sumatra Selatan.


Kedatangan Gus Yahya disambut PWNU Sumsel, panitia pelaksana, peserta, dan para santri. Nampak hadir mendampingi Gus Yahya, Katib ‘Aam PBNU KH A Said Asrori. Tak ingin ketinggalan momen tersebut, para santri dan warga berusaha melihat acara peletakan batu pertama pembangunan tersebut.


Secara simbolis peletakan batu pertama dilakukan oleh Ketum PBNU, Wagub Sumsel, Kapolda Sumsel, PWNU Sumsel. Acara tersebut ditutup pembacaan doa oleh Kiai Said Asrori.


Gus Yahya dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada ketua Yayasan Ar-Rahman yang telah mewakafkan tanah untuk pembangunan Gedung perguruan tinggi NU.


“Saya atas nama PBNU bersyukur bahwa kami di lingkungan NU punya tradisi untuk mengorbankan diri untuk menyumbangkan apa yang dimiliki demi bangsa dan  negara,” tuturnya.


“Semoga PBNU mampu melaksanakan amanat ini. Tentu saja kalau PBNU Pemerintahan Pusat di lingkungan NU, PBNU bisa memerintahkan PWNU dan PCNU. Kami mohon doa restu semoga PBNU mampu melaksanakan amanat ini,” ucap kiai kelahiran Rembang, Jawa Tengah ini.


Kegelisahan PWNU Sumsel
Sementara itu, Ketua Pergunu Sumsel Zainuri Dailami ditemui NU Online di sela acara menceritakan bahwa inisiasi pembangunan Perguruan Tinggi NU di Sumsel berawal dari kegelisahan pengurus PWNU Sumsel.


“Ada perguruan tinggi NU milik pribadi. Tetapi, yang lembaga belum ada yang punya NU. Padahal di provinsi lain, Bengkulu dan Lampung, punya PTNU. Makanya waktu agenda di Lampung kami menginisiasi bagaimana supaya di Sumsel ada UNU,” tuturnya.


Tanah seluas satu hektare ini, lanjut Zainuri, rencananya dibangun gedung perguruan tinggi NU agama dan umum. “Tanah ini sudah diwakafkan satu hektare. Jadi, ke depan harus bikin progress tersendiri untuk pembangunan tersebut. Saya berharap warga Nahdliyin mau  bergotong-royong mendirikan perguruan tinggi NU,” ajaknya.


Ketua Yayasan Ar-Rahman, KH Sukarman Dewhana, sekaligus wakif dari tanah pembangunan UNU Sumsel berharap tanah yang dihibahkan di tengah permukiman  ini menjadi mercusuar dan magnetnya Nahdlatul Ulama. “Kami siap bantu sekuat tenaga,” ujarnya.


“Mudah-mudahan peletakan batu pertama oleh Ketua Umum PBNU bukan peletakan batu pertama dan terakhir. Tapi berlanjut terus. Saya juga ikhlas, ridha mewakafkan 1,2 hektare untuk membangun perguruan tinggi NU,” harapnya.


Peringatan Harlah ke-99 NU di Palembang Kamis-Sabtu, 3-5 Maret 2022, mengusung tema Lestari Alamnya, Sejahtera Petaninya. Tema ini diusung sebagai salah satu upaya implementasi terhadap fokus gerakan kepengurusan PBNU di periode ini.


Fokus gerakannya adalah mendorong kesejahteraan ekonomi warga Nahdliyin dan menjaga keberlanjutan lingkungan. Hal ini selaras dengan tema Menyongsong Satu Abad NU: Merawat Jagad, Membangun Peradaban.


Dalam rangkaian harlah ini diselenggarakan Halaqah Lingkungan, Temu UMKM dan Petani Sawit NU sebagai upaya pemberdayaan para petani. Pertama, melakukan sublimasi isu lingkungan dan rehabilitasi hutan. Kedua, melihat sudut pandang terkait dengan tanah, kawasan hutan, dan reformasi agraria. Ketiga, upaya membangun close loop sistem untuk menyelesaikan pemasalahan hulu sampai hilir petani sawit.


Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Musthofa Asrori