Nasional

Upaya Ciptakan Kekebalan Tubuh untuk Antisipasi Corona

Senin, 23 Maret 2020 | 04:30 WIB

Upaya Ciptakan Kekebalan Tubuh untuk Antisipasi Corona

Ilustrasi. (Foto: via myikman.lk)

Jakarta, NU Online
Virus Corona atau dalam bahasa kedokteran SARS Cov-2 ini adalah virus yang mirip influenza, sehingga sifatnya self limiting disease atau bisa sembuh sendiri pada orang yang daya tahan tubuhnya baik. 

Dokter Syifa dari Perkumpulan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) Malang, Jawa Timur, mengatakan risiko penularan Corona tetap tinggi, jika masyarakat tidak menjaga kebersihan diri dan kekebalan tubuh. 

“Upayanya apa yang bisa dilakukan antara lain cuci tangan yang benar sesuai WHO, etika batuk diperhatikan, makan yang sehat, olahraga teratur, istirahat cukup, tidak keluar rumah kalau tidak penting, hindari kerumunan orang banyak, dan yang paling penting diam di rumah jika sakit,” kata Dokter Syifa.

Ketua Tim Satgas Waspada Covid-19 PDNU Peduli Malang Raya ini mengatakan olahraga harus dilakukan secara rutin, dengan durasi 20-25 menit setiap berolahraga. Adapun waktu terbaiknya pukul delapan hingga sembilan pagi. Sementara untuk tidur yang ideal 6-8 jam sehari. 

Menanggapi adanya masyarakat yang meyakini dan menerapkan penggunaan jamu dan ramuan berbahan seperti jahe dan kunyit untuk menjaga kekebalan tubuh, Dokter Syifa mengatakan semua itu masih merupakan dugaan.

“Belum ada studi yang benar-benar merekomendasikan,” sebut dokter Syifa yang juga spesialis penyakit dalam ini.

Namun, ia menegaskan, apa pun itu selama tujuannya untuk menjaga kesehatan tubuh boleh saja dikonsumsi.

Sebelumnya Ketua PBNU Bidang Kesehatan Syahrizal Syarif mengatakan masyarakat dapat mengukur risiko harian kegiatannya dengan perhitungan sederhana, yakni dengan menjawab 15 pertanyaan. Instrumen tersebut kini diterapkan oleh Satgas NU Peduli Covid-19.

Kelimabelas pertanyaan perlu dijawab dengan jawaban 'Ya' atau 'Tidak'. Jika 'Ya' beri contreng (v) di depan pertanyaan.
 
1. Saya keluar rumah
2. Saya menggunakan transportasi publik–ojol atau mobil online 
3. Saya menggunakan angkot 
4. Saya menggunakan bus 
5. Saya menggunakan bajaj 
6. Saya menggunakan KRL 
7. Saya keluar tidak menggunakan masker 
8. Saya tetap melakukan jabat tangan 
9. Saya tidak sering mencuci tangan pakai sabun dalam perjalanan 
10. Saya tidak sering menggunakan hand sanitizer 
11. Saya tidak menjaga jarak ketika berkegiatan di luar (belajar, bekerja atau ibadah) 
12. Saya tidak mencuci tangan dengan sabun ketika sampai di rumah 
13. Saya berada di provinsi tertular 
14. Usia saya di atas 60 tahun 
15. Saya mempunyai penyakit penyerta; jantung, diabetes, hipertensi, penyakit pernafasan kronik.   

Kemudian, jumlahkan jawaban ‘Ya’. Jika jumlah ‘Ya’ 0-5 maka termasuk risiko rendah. Jika jumlah ‘Ya’ 6-10  berisiko sedang, dan jika jumlah ‘Ya’ 11-15 berisiko tinggi.   

"Dengan tinggal di rumah risiko nol, jika terpaksa keluar, kita tahu risikonya," kata Syahrizal.

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fathoni Ahmad