Warta DIALOG ANTAR GENERASI

Acep Zamzam Noor: NU itu Seperti Seniman

Sabtu, 2 Februari 2008 | 04:50 WIB

Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) mengemban misi sebagai pelawan kebudayaan global, membedakan diri dengan budaya orang kebanyakan. NU menunjukkan bentuk kebudayaan yang asketik, unik dan mendalam.

"NU itu seperti seniman. Para kiai itu cuek, kemana-mana pakai sarung," kata sastrawan Acep Zamzam Noor saat berbicara dalam "Dialog Lintas Generasi" memperingati Hari Lahir (Harlah) Ke-82 NU di gedung PBNU Jakarta, Jum'at (1/2).<>

Bagi Acep, NU adalah soal rasa. Yang terpenting dalam kewarga-NU-an adalah bagaimana merasakan diri sebagai bagian dari orang NU, dan tidak cukup dengan kartu anggota.

"Saya menjadi NU dengan nadham-nadham (sya'ir-syair yang di pelajari di pesantren: red). Sehingga dosisnya teratur," katanya.

"Saya bahkan merasa NU sebagai agama. Kulit saya ini kalau keluar darah warnanya hijau," tambahnya.

Putra mantan Rais Aam PBNU KH Ilyas Ruhiyat (alm.) itu mengaku lebih senang disebut NU kultural. "Saya ingin menjadi NU dengan menjadi seniman," katanya.

Di hadapan para pengurus PBNU dan para kader NU lintas generasi ia menyampaikan kritik pedas terhadap para pemangku jabatan struktural NU yang terlalu jauh terperosok dalam lubang hitam politik.

"Lihat semua orang ingin jadi ketua NU. Dalam semua konferensi di berbagai tingkatan, pemilihan ketua NU itu seperti pilkada. Ada tim suksesnya," katanya.

Sementara itu para kader NU yang terjun langsung dalam dunia politik sudah kehilangan karakter.

"Tidak bisa dibedakan mana politisi yang NU dan mana yang preman," katanya di hadapan para kader NU yang ada di PKB, PPP, PDIP dan Parta Golkar. (nam)