Warta

Pagar Nusa akan Gelar Kongres Pertamanya

Kamis, 26 April 2007 | 11:06 WIB

Jakarta, NU Online
Langkah Lembaga Pencak Silat Pagar Nusa untuk menjadi badan otonom semakin mantap dengan rencana digelarnya kongres pertama pada 19-22 Juli 2007 mendatang di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.

Kepastian pelaksanaan kongres ini diputuskan dalam rapat bersama antara panitia pengarah dan panitia pelaksana, yang telah dibentuk oleh PBNU sebelumnya, di kantor PBNU, Kamis (26/4). Hadir dalam acara tersebut, Ketua PBNU H. Ahmad Bagdja, Wasekjen Taufik R. Abdullah, dan Prof. Cecep Syarifuddin, salah seorang panitia pengarah, Ketua Panitia Pelaksana H. Fuad Anwar dan perwakilan dari Pagar Nusa Jabar dan Jateng.

<>

Bagdja menjelaskan perubahan status dari lembaga NU menjadi badan otonom untuk memperluas gerak Pagar Nusa dalam menjalankan aktifitasnya. Status sebagai badan otonom memungkinkan organisasi ini mengatur urusan internalnya sendiri sementara lembaga NU harus mengikuti seluruh kebijakan PBNU.

Sebelumnya sudah digelar acara Pra Kongres yang diselenggarakan pada 24-25 September 2005 di Ponpes Ciganjur Jakarta dengan agenda membahan Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT), namun oleh para peserta dirubah sekaligus menjadi kongres I, namun tidak diakui oleh PBNU karena tidak sesuai dengan prosedur pembentukan organisasi.

Meskipun dianggap tidak sah oleh PBNU, namun hal ini telah menimbulkan situasi disorganisasi dalam tubuh Pagar Nusa di berbagai daerah. PCNU masih merasa memiliki wewenang untuk membentuk Pagar Nusa sementara Pengurus Wilayah Pagar Nusa juga merasa memiliki wewenang yang sama.

Fuad Anwar menjelaskan saat ini terdapat 16 Pengurus Wilayah Pagar Nusa yang aktif, namun terdapat juga cabang yang sudah berdiri sementara wilayahnya belum ada seperti di Kab. Jayapura Papua.

Untuk mempercepat perkembangan Pagar Nusa terutama di luar Jawa, nantinya akan diundang para pengurus wilayah yang dianggap nantinya bisa mengembangkan Pagar Nusa di daerahnya.

Persoalan lain yang akan dibahas dalam kongres adalah ketentuan bahwa organisasi silat yang masuk dalam Pagar Nusa harus meleburkan diri. Ketentuan ini dianggap tidak mengakomodasi keberadaan perkumpulan silat yang ada dengan teknik-tekniknya sehingga timbul ketakutan jika ikut pagar nusa, eksistensinya akan hilang.

Beberapa daerah dengan tradisi silat yang kuat seperti Banten dan Blitar akhirnya tidak mau bergabung dengan Pagar Nusa dan memilih eksis dengan namanya sendiri. Namun kondisi sebaliknya terjadi di Bali dimana Pagar Nusa lebih tertata.

Nantinya, kantor pusat Pagar Nusa juga akan dipindahkan dari Surabaya Jatim ke kantor PBNU untuk mempermudah koordinasi dengan PBNU atau komunikasi dengan cabang dan lembaga lainnya.

Prestasi Indonesia Memprihatinkan

Sementara itu Baidlowi Hasyim, pejabat dari kementerian olah raga yang turut hadir menjelaskan meskipun Silat merupakan olah raga asli Indonesia, namun prestasi atlet-altetnya saat ini sangat memprihatinkan. Dalam Asean Games terakhir, Indonesia hanya mendapatkan 3 medali emas sementara Vietnam bisa mendapatkan 8 medali emas. Ia berharap agar hal ini menjadi perhatian bagi organisasi-organisasi silat yang ada.

Hasyim menjelaskan prestasi Vietnam ini dikarenakan mereka mengambil pelatih terbaik dari Indonesia. Beberapa negara seperti Iran, Qatar dan Uzbekistan juga telah mengajukan diri untuk mendapatkan pelatih dari Indonesia. Kondisi ini akan memacu perkembangan Silat di dunia, namun Indonesia harus mengantisipasi penurunan prestasi yang dialaminya. (mkf)