Daerah

Cegah Covid-19, Pesantren Guyangan Pati Minimalisasi Kontak dengan Orang Luar

Senin, 23 Maret 2020 | 05:00 WIB

Cegah Covid-19, Pesantren Guyangan Pati Minimalisasi Kontak dengan Orang Luar

Penyemprotan disinfektan di Pesantren Raudlatul Ulum Guyangan Pati saat sekolah diliburkan. (Foto: Dok. PPRU Guyangan)

Jakarta, NU Online
Di tengah merebaknya wabah Coronavirus Desease 2019 (Covid-19), kegiatan belajar mengajar (KBM) di Pesantren Raudlatul Ulum Desa Guyangan, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah tetap berjalan.
 
Meski demikian, KBM sekolah formal di pesantren asuhan KH M Najib Suyuthi ini diliburkan. Para siswa atau santri lokal non pesantren belajar di rumah.

H Ahmad Minan Abdillah, salah seorang pengajar di pesantren ini, menceritakan kisah tersebut kepada NU Online melalui ponsel, Ahad (22/3). Menurut dia, kebijakan tersebut dalam rangka meminimalisasi kontak santri dengan orang luar.

“Sesuai imbauan pemerintah, kegiatan sekolah formal libur. Jadi, para siswa atau santri lokal non pondok belajar di rumah masing-masing,” ujar Gus Minan, sapaan akrabnya.

Adapun santri pondok, kata dia, tidak pulang kampung. Mereka tetap di asrama pesantren. Agar suasana belajar tetap kondusif, pihak pesantren memberi tambahan dan modifikasi kegiatan yang menjadikan mereka tetap belajar aktif.

“Ini dilakukan supaya mereka terhindar dari kontak luar. Kunjungan wali santri juga ditiadakan untuk sementara waktu,” ungkap alumnus Universitas Al-Azhar Kairo Mesir ini.

Ia menambahkan, pesantren juga menggelar penyemprotan disinfektan di seluruh lingkungan pondok. Hal itu menjadi bagian dari ikhtiar preventif melengkapi ikhtiar-ikhtiar lainnya, baik sosialisasi, social distancing, memastikan kebersihan, dan kesehatan santri.

“Penyemprotan disinfektan siang tadi murni dari tim Rumah Sakit As-Suyuthiyyah (RSA) Pesantren Raudlatul Ulum,” tandasnya saat dihubungi NU Online dari Jakarta, Ahad.

Menurut dia, selama wabah virus corona melanda, jika ada santri yang sakit maka pihak rumah sakit ‘menjemput bola’ ke pesantren.

“Kami juga mendekatkan lagi layanan kesehatan kepada santri. Artinya, santri yang ‘sakit ringan’ tidak usah dibawa ke RSA. Tapi, pihak RSA yang mengirim dokter dan tim medis yang stand by di klinik FKTP pesantren,” tuturnya.

Sebelumnya, lanjut dia, dalam rapat dewan asatidz atau majelis guru diputuskan santri yang sakit tidak perlu dibawa ke RSA dalam rangka meminimalisasi kontak dengan orang asing atau pihak luar.

Selain membatasi bertemu dengan orang luar, ribuan santri putra-putri Raudlatul Ulum diminta tidak panik dan tetap menjaga kesehatan jasmani. “Penting semua sehat wal afiat,” pungkasnya menirukan Kiai Najib.

Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Fathoni Ahmad