Muhammad Faizin
Kontributor
Selepas ngaji subuh di aula pesantren, Lukman dan Somad bergegas kembali ke kamar mereka. Pagi itu mereka berdua merasa kelaparan karena tadi malam harus menyelesaikan tugas mereka sebagai pengurus dan tidak sempat makan.
Biasanya mereka sempat untuk masak di dapur. Karena sudah sangat lapar, akhirnya mereka memutuskan untuk tidak masak dan membeli nasi uduk di warung pesantren.
"Man, beli nasi bungkus saja ya. Aku sudah laper banget. Kamu yang beli. Pake duitku dulu, nggak papa," kata Somad sambil menyodorkan uang dua puluh ribu rupiah.
Tanpa basa basi, Lukman langsung pergi ke warung di pojok pesantren. Karena sudah sangat laper, Lukman tidak membungkus nasinya alias dimakan di warung.
Tidak lupa, sembari pulang dia membawa nasi bungkus pesanan Somad dibungkus kertas dan karet gelang. Sesampai di kamar, ia langsung memberikan nasi bungkusnya kepada Somad.
Namun sampai siang, Somad sama sekali tidak menyentuh dan membuka nasi bungkusnya. Ia hanya memandangi nasi bungkusnya dengan sesekali memegang perutnya.
"Kok nggak dibuka nasi bungkusnya, Mad?" tanya Lukman penasaran.
"Aku kok nggak berani buka bungkusannya. Ada tulisan peringatan," jawab Somad, seorang santri yang terkenal lugu dan qanaah.
"Emang tulisan apa?" tanya Lukman sambil mendekati Somad.
"Dokumen Negara. Sangat Rahasia," jawab Somad sambil membaca pembungkus nasi dari bekas kertas soal Ujian Nasional. (Muhammad Faizin)
Terpopuler
1
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
2
Mendesak! Orientasi Akhlak Jalan Raya di Pesantren
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
LD PBNU Ungkap Fungsi Masjid dalam Membina Umat yang Ramah Lingkungan
5
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
6
Orang-Orang yang Terhormat, Novel Sastrawan NU yang Dianggap Berbahaya Rezim Soeharto
Terkini
Lihat Semua