Nasional

Ketum GP Ansor: "Yang Waras Tidak Boleh Ngalah"

Kamis, 7 Desember 2017 | 09:03 WIB

Rembang, NU Online
Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor H. Yaqut Cholil Qoumas (Gus Tutut) menegaskan kepada para kadernya untuk menanamkan gerakan "yang waras tidak boleh ngalah". 

Hal tersebut ditegaskannya pada pembukaan Pendidikan Kader Nasional angkatan ke-6 dan LI 2 di dua pondok pesantren, Raudlatut Tholibien Leteh, dan Al Hamidiyah Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Kegiatan itu diikuti perwakilan dari Aceh sampai Papua. 

Gerakan "yang waras tidak boleh ngalah, itu sekaligus menjadi tema pengkaderan yang digelar dimulai tanggal 6 sampai 10 Desember 2017.

Menurut Gus Tutut, tema tersebut merupakan dawuh dari Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri untuk menyikapi kondisi Indonesia yang kian hari makin memprihatinkan. 

Sebagai panglima tertinggi Banser, Gus Tutut menjelaskan kalimat "yang waras tidak boleh ngalah" adalah agar segenap kader Ansor dan Banser tidak mengalah terhadap kelompok pro-khilafah dan kelompok yang ingin memecah belah NKRI.

"Ini bulan Desember, sebentar lagi saudara-saudara kita kaum Nasrani akan merayakan hari besarnya. Pada saat saudara-saudara kita umat Nasrani merayakan Natal, maka pada saat yang sama, kita (Ansor-Banser red), memanen bully dimana-mana. Kita akan panen hujatan dimana-mana," jelasnya.

Ia menambahkan, sebagai penerus Nahdlatul Ulama, Ansor dan Banser tidak boleh gentar dengan cacian, hinaan, dan hujatan, serta fitnah yang terus-menerus menerjang Ansor dan Banser di manapun berada. 

"Tidak usah kecil hati, jangankan kita cuma santri, jangankan kita yang cuma Ansor Banser, kiai-kiai kita saja yang alimnya kayak gitu, juga dihujat sama mereka. Jadi, kita jangan takut, dan sudah saatnya kita untuk tidak mengalah" tambah Gus Tutut.

Ketika ada saudara kita sebangsa dan setanah air yang ikut berjuang memerdekaan bengsa ini, kesulitan saat akan melaksanakan ibadah, maka Ansor dan Banser harus menbantu memberikan pengamanan.

"Ketika kita menjaga gereja, bukan semata-mata kita niatkan jaga gereja, melainkan, kita niatkan menjaga Indonesia. Sahabat sekalian, Indonesia tidak ada jika tidak ada keberagaman, jika tidak ada Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha. Negeri ini beragam. Jadi, kalau ada saudara-saudara kita yang ikut memerdekakan, menegakkan berdirinya negara ini, tetapi dalam menjalankan ibadahnya mereka terganggu, maka kita wajib mengamankan," pungkasnya. (Ahmad Asmui/Abdullah Alawi)